Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku Harian sebagai Navigator Hidup yang Bermakna

7 April 2018   11:27 Diperbarui: 7 April 2018   12:30 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hampir setiap orang bisa mengemudikan kapal, tetapi perlu seorang pemimpin untuk memetakan arah. Begitulah sebuah kutipan dari buku The 21 Irrefutable Laws of Leadership yang ditulis oleh John C. Maxwell. Dari pernyataan itu mencoba menegaskan bahwa sebuah perjalanan atau pelayaran tidak sekadar membutuhkan keterampilan belaka namun juga penting menata dan mempersiapkan konsep matang tentang berbagai hal yang mendukung perjalanan itu. Tidak sekadar menjadi pengemudi, tetapi penting juga untuk menjadi navigator.

Pemimpin tidak lahir begitu saja dari langit. Semua orang bisa menjadi pemimpin jika ada kemauan untuk belajar dan berlatih dalam setiap kesempatan yang ada. Kepemimpinan yang paling dasar adalah memimpin diri sendiri menjadi pribadi yang utuh dan mampu beradaptasi serta berkolaborasi dengan orang lain. Kemauan yang keras untuk belajar dan berlatih akan melahirkan kemampuan yang unggul. Setiap orang tidak cukup hanya menjadi pengemudi hidupnya, namun setiap orang harus berjuang menjadi navigator atas hidupnya dalam samudera kehidupan yang penuh dengan kejutan-kejutan semesta.

Pendidikan di keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan media yang ampuh dalam mengembangkan kepemimpinan diri yang berintegrasi dengan kepemimpinan sosial sebagai sebuah komunitas besar masyarakat. Hidup ini adalah sebuah perjalanan atau pelayaran kapal diri kita dengan peta tertentu dari hari ke hari. Berbagai pengalaman dan kemungkinan bisa terjadis seiring dengan kesiapan kita masing-masing. Pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat membuat orang didewasakan sebagai navigator hidup.

Anak-anak negeri ini banyak menghabiskan waktu dan energinya untuk belajar di sekolah. Tentunya dalam proses belajar di sekolah itu mereka mengalami banyak dinamika, baik yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan.  Akan tetapi, kadangkala segala pengalaman yang ada itu lewat begitu saja seiring dengan kesibukan mereka di sekolah, rumah, dan masyarakat. Pengalaman-pengalaman hidup sesungguhnya mutiara yang begitu indah namun diperlakukan layaknya sampah buangan.

Pendidikan sudah waktunya untuk membiasakan anak-anak untuk memaknai segala pengalaman mereka dalam bentuk tulisan sesuai dengan tingkat usia mereka. Di era 80 dan 90-an masih sangat kental dengan istilah buku harian, di mana anak-anak dan orang dewasa menulis buku harian yang berisi tentang pengalaman yang menarik, menggembirakan, menyedihkan, mengenaskan, atau mengesankan. Buku harian ini menjadi seperti catatan harian yang mencatat sejarah diri dari hari ke hari sehingga sewaktu hari kelak dapat dibaca lagi untuk mengenang dan memaknai pengalaman yang sudah lampau itu.

Kebiasaan menulis buku harian menjadikan manusia mampu memetakan hidupnya sekaligus memaknainya sehingga hidup itu penuh makna. Hari demi hari yang dilewati merupakan sebuah pembelajaran yang tiada henti untuk mendewasakan diri dalam kepemimpinan diri. Manusia yang bijak dan berkembang adalah manusia yang meluangkan waktu untuk merenung dan belajar dari pengalaman yang ada karena dengan demikian akan semakin dimatangkan dalam bergerak ke depan dan membuat berbagai keputusan hidup.

Sudah waktunya sekolah-sekolah membiasakan anak-anak menulis buku harian sebagai kebiasaan untuk membangun kepemimpinan diri yang unggul dan utuh. Dengan buku harian tersebut, anak-anak dapat melihat dan menemukan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi perkembangan dirinya dalam lingkup personal dan komunitas. Di samping itu, buku harian tersebut akan menjadikan anak-anak navigator yang hebat untuk hidupnya.

Buku harian sebagai sarana mendidik di sekolah adalah sebuah keutamaan dan terobosan dalam pembentukan karakter. Film  Freedom Writers yang merupakan film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat menjadi sebuah inspirasi tentang kuatnya buku harian dalam membentuk karakter anak-anak.  Dikisahkan dalam film itu, Erin Gruwell, seorang wanita idealis berpendidikan tinggi, datang ke Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak-anak korban perkelahian antargeng rasial. Erin ingin membantu anak-anak itu mendapat pendidikan dan perlakuan yang layak.

Erin melakukan cara unik dalam menaklukkan murid-muridnya, yakni dengan meminta mereka menulis buku atau jurnal harian tentang apapun yang mereka rasakan, pikirkan, lakukan, atau juga permasalahan khusus yang sedang dihadapi. Cara ini ternyata berhasil karena anak-anak itu melakukannya dengan sungguh-sungguh. Buku-buku harian dari para murid-muridnya setiap hari kembali pada Erin dengan tulisan mereka tentang apa yang mereka alami dan mereka pikirkan setiap hari.

Dari buku-buku harian itu, Erin paham bahwa dia harus membuat para muridnya sadar bahwa perang antargeng yang mereka alami bukanlah segalanya di dunia. Melalui cara mengajarnya yang unik, dia berusaha membuat para muridnya sadar bahwa dengan pendidikan mereka akan bisa mencapai kehidupan yang lebih baik. Buku harian itu menjadi pintu komunikasi yang baik dan personal antara guru dan murid dalam membangun kesadaran tentang kehidupan.

Buku harian bukanlah sekadar rentetan kata-kata namun buku harian sesungguhnya mampu membuka kesadaran diri dan mendorong orang melakukan hal-hal baik. Buku harian menjadi media ampuh untuk berefleksi diri dan selanjutnya melakukan aksi nyata dalam komitmen yang berkesinambungan. Buku harian merupakan wujud dari kebiasaan baik sebagai navigator hidup yang tertata dan termaknai dengan sadar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun