Pembelajaran hendaknya mengarah pada pengolahan nurani dan kepedulian lewat berbagai kenyataan di masyarakat maupun berbagai kisah inspiratif. Dalam perjalanan waktu, sekolah sudah seharusnya  memberi ruang, waktu, dan inspirasi bagi anak didik untuk mengembangkannya lewat pendampingan personal maupun klasikal, kegiatan edukatif, refleksi rutin, dan belajar langsung di masyarakat.
Pada akhirnya, belajar bukanlah semata-mata aktivitas para siswa tetapi juga menjadi fokus para guru, karyawan, bahkan orangtua sehingga secara bersama-sama membangun komunitas yang edukatif dan humanis sebagai satu keluarga. Ini adalah pengembangan aspek komitmen dalam dunia pendidikan yang selalu mengutamakan keadilan sosial dan kemanusian karena di sinilah humanisasi dalam dunia pendidikan semakin lengkap dan disempurnakan.
Dengan demikian, proses belajar adalah sebuah pengalaman sebagai masa persiapan menuju proses belajar dalam kerangka memanusiakan manusia menuju taraf insani. Pembelajaran yang humanis menjadi awal pendidikan yang humanis pula sehingga sekolah benar-benar menumbuh-kembangkan tradisi humanis setiap waktu.Â
Akhirnya, sekolah bukan lagi menjadi "penjara" atau "kerja rodi" bagi seluruh komunitas pendidikan, tetapi sekolah menjadi tempat sekaligus suasana yang menyenangkan dan penuh makna. Saatnya menghancurkan "kebodohan" dalam paradigma pendidikan saat ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H