Mohon tunggu...
MARTIYAS STIAWAN
MARTIYAS STIAWAN Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya seorang guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Magelang sejak tahun 2013 hingga sekarang, yang sebelumnya juga telah mengabdikan diri dalam lembaga pendidikan lain semenjak lulus sarjana pendidikan. Guru sebagai pendidik sangat berperan strategis dalam ikut membentuk mental generasi bangsa. Hal ini menjadikan guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah yang harus bisa mentransfer nilai pemahaman akhlaq dan kepribadian luhur selain muatan ilmu pengetahuan sebagai basis pengembangan moral.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak

3 Oktober 2024   10:30 Diperbarui: 3 Oktober 2024   10:32 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Pendidikan Guru Penggerak , Angkatan 11 Kota Magelang

oleh; Martiyas Stiawan, S.Pd.i

Setelah saya menjalani pembelajaran dalam modul 1.1 yaitu Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengembangkan filosofi pendidikan yang berfokus pada pembebasan dan pengembangan individu melalui pendidikan yang holistik dan kontekstual. Pandangannya menekankan pentingnya kemandirian, kebudayaan lokal, dan pendidikan yang demokratis dan inklusif. Pemikirannya masih sangat relevan dan diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini. Banyak pembelajaran yang saya dapatkan tentang seorang anak itu memiliki kodrat alam dan kodrat zaman. Anak juga bukanlah tabula rasa, tiap anak memiliki potensi lahir yang berbeda-beda, guru tinggal menebalkan garis putus-putus menjadi garis yang tebal sesuai dengan kodrat alamnya. Dalam proses kita menebalkan garis putus-putus tersebut kita dapat memdukan kodrat zaman yaitu menuntun anak sesuai dengan zaman. Bahkan dari pemikiran ini saya mulai meraba-raba bahwa ternyata selama ini saya pun belajar dari anak. Melalui kodrat zaman kita jadi menyesuaikan pembelajaran dengan zaman yang berkembang sehingga kita bisa menuntun anak dengan berjalan seimbang. 

Menurut KHD, guru ibarat petani yang menggarap lahan. Sebagai seorang petani, harus mengenal tanah lahan yang akan ditanami, benih yang akan ditanam, pengairannya, dan pupuk yang sesuai agar nanti menghasilkan panen yang maksimal. Demikian juga guru, guru harus memahami dan mengenal muridnya secara utuh. Dari mana latar belakang keluarganya, apa bakatnya, kelebihan apa yang dimiliki, minat belajarnya seperti apa dan juga gaya belajar yang dia sukai. Dengan mengenal dan memahami murid secara utuh, maka kita jadi bisa memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam murid. Sehingga akan menghasilkan murid-murid yang berkualitas dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun masyarakat. 

Ki Hadjar Dewantara melihat pendidikan sebagai alat untuk membebaskan individu dari ketidakadilan dan penindasan. Menurutnya, pendidikan harus memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berkembang sesuai dengan potensi dan minat mereka. Pembebasan ini meliputi kebebasan berpikir, bertindak, dan berekspresi. KHD melihat pendidikan sebagai alat utama untuk membebaskan individu dari berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan. 

1. Pembebasan dari Kebodohan

Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan individu dari kebodohan. Melalui pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan wawasan yang diperlukan untuk memahami dunia di sekitarnya, membuat keputusan yang tepat, dan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.

2. Pembebasan dari Kemiskinan

Pendidikan yang baik, seseorang memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan memberikan akses kepada keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak atau memulai usaha sendiri, yang pada gilirannya dapat membantu mereka keluar dari kemiskinan.

3. Pembebasan dari Penindasan Sosial dan Politik

Ki Hadjar Dewantara juga melihat pendidikan sebagai cara untuk membebaskan individu dari penindasan sosial dan politik. Dengan pendidikan, individu dapat mengembangkan kesadaran kritis dan memahami hak-hak mereka. Mereka dapat menjadi warga negara yang lebih aktif dan terlibat dalam proses demokrasi, memperjuangkan keadilan, dan menentang ketidakadilan.

4. Pembebasan dari Ketergantungan

Pendidikan membekali individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup mandiri. Ini termasuk keterampilan hidup dasar, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan untuk belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan membantu individu menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

5. Pembebasan dari Keterbatasan Diri

Pendidikan juga membantu individu untuk mengatasi keterbatasan diri dan mengembangkan potensi penuh mereka. Melalui proses pendidikan, individu dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat mereka, yang mungkin tidak pernah mereka sadari sebelumnya. Ini membantu mereka mencapai tujuan pribadi dan profesional yang lebih tinggi.

Implementasi Konsep dalam Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

  • Sekolah Taman Siswa: Ki Hadjar Dewantara mendirikan Sekolah Taman Siswa sebagai wujud nyata dari visinya tentang pendidikan yang membebaskan. Sekolah ini berfokus pada pengembangan karakter, kebebasan berpikir, dan kemandirian siswa.

  • Metode Among: Dalam pendekatan Among, pendidik berperan sebagai pamong yang memberikan bimbingan tanpa paksaan. Siswa diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan minat dan kecepatan mereka sendiri, yang memungkinkan pengembangan diri yang lebih alami dan bebas.

Kurikulum yang Kontekstual: Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang relevan dengan konteks sosial dan budaya siswa. Ini mencakup pengajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan kearifan budaya, sehingga siswa dapat memahami dan menghargai warisan budaya mereka.

Refleksi dan Relevansi

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan sebagai sarana pembebasan masih sangat relevan hingga saat ini. Dalam konteks globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, pendidikan yang membebaskan dan mengembangkan potensi individu adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. Pendidikan yang menekankan kebebasan, kemandirian, dan keadilan sosial dapat membantu membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun