Mohon tunggu...
Martinus Rehan Uran
Martinus Rehan Uran Mohon Tunggu... Guru - Martinus Rehan Uran , seorang pendidik pada sekolah menengah pertama

belajarlah terus menjadi manusia berkualitas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Pendidikan Melalui Experiental Learning Menurut David Allen Kolb

10 Desember 2021   17:18 Diperbarui: 10 Desember 2021   17:24 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realitas alam, sosial sebagai kekayaan membentuk pengetahuan manusia. Realitas alam, sosial menjadi bagian dalam proses perkembangan manusia terutama interaksi antar anak-anak usia sekolah.  Dalam interaksi banyak pengalaman dialami masing-masing individu. 

Oleh karena itu David Kolb, seorang filosof beraliran humanistik mengatakan pembelajaran pengalaman sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui tranformasi pengalaman. Pengetahuan dihasilkan dari kombinasi menggenggam dan mengubah pengalaman. 

Model ini bertujuan mengajak siswa untuk memandang secara kritis kejadian yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi kemudian menarik kesimpulan bersama.

Konsep belajar Kolb sebenarnya memberikan pesan tentang sistem pendidikan, para pendidik, skenario dalam pembelajaran. Ketiga hal ini berperan dalam mendukung siklus experiential learning yakni Concrete experience (emotions), Reflective observation (watching), Abstract conceptualization (thinking), Active experimentation (doing). 

Mewujudkan siklus ini, sistim pendidikan harus memberi ruang kemerdekaan siswa mengekplorasi potensi diri. Namun sebelum mewujudkannya para pendidik perlu mentransformasi diri, mindset, pola ajar. 

Tranformasi diri bahwa sumber ilmu dan pusat pengetahuan bukan pada guru tetapi bersumber dari pengalama nyata siswa dan berpusat pada diri siswa. Tranformasi juga harus dalam skenario pembelajaran. 

Guru tidak lagi menyajikan materi yang harus diajar tetapi mendesain materi itu ke dalam konteks realitas sehingga peserta didik terlibat dalam realitasnya, mempertanyakan dalam sikap kristis, dan membangun konsepnya. Hasil pergumulan siswa dibawa masuk dalam teori yang ada sehingga disana terbentuk pemahaman-pemahaman yang merangsang dan menguatkan demi pengembangan kompetensi dirinya.

Pengembangan kompetensi siswa dapat terwujud jikalau pembelajaran bersumber dari pengalaman siswa dengan fokus kehidupan alam dan sosial yang dialami siswa. 

Idealisme Kold ini belum optimal dijalankan karena karena ada kecemasan, ketakutan para pendidik. Hal ini terjadi karena dibayangi bahwa siswa tidak tau apa-apa. 

Jika dibiarkan belajar sendiri tentunya tidak ada kemajuan. Ini fenomena nyata dan sedang dijalankan dalam ruang-ruang kelas pengajaran. Pemahaman demikian tanpa disadarai telah membelenggu kemanusiaan siswa sebagai makluk bebas untuk mengembangkan diri. 

Tanpa disadari sistem dan metode demikian telah mengekang ruang ekspresi diri siswa. Segala potensi  diri yang tumbuh secara alami, terbentuk dalam pengalaman nyata hidupnya terkubur dalam alam ketakutan. Yang muncul ke permukaan adalah patuh, taat menghafal apa yang sudah ditetapkan guru  sebagai persyaratan untuk mendapat nilai akademik. 

Sistem pendidikan masih menekankan guru sumber pengetahuan, buku sumber pengetahuan, maka konsekuensi seperti yang dikatakan Freire bahwa pendidikan sebagai bank dimana guru mengetahui segala-galanya, siswa hanya betugas mendengar, mencatat dan mengingat. Tidak ada ruang bagi siswa untuk bertanya karena guru dianggap mengetahui segala-galanya.

Sebuah lingkaran pembodohan yang terstuktur dan sistematis tanpa disadari. Oleh karena itu konsep pembelajaran Kolb Experiential Learning  menjadi penting bagi dunia pendidikan untuk mendesain kelas pembelajarandengan menerapkan siklus pembelajaran  kolb.

Pendidik dalam mendesain pembelajaran harus menghidupkan materi ajar ke konteks siswa. Contoh sederhana dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 

Guru meminta siswa menceritakan pengalaman perusakan tempat ibadat. Setelah siswa bercerita guru merangsang pola pikir siswa dengan pertanyaan mengapa? 

Pertanyaan ini tanpa disadari semua siswa akan bersemangat mengungkapkan alasan terjadi peristiwa tersebut dari sudut pandangnya. Daya analitisnya terungap. 

Keberaniaan dimotivasi sehingga kemampuan berpikir dipacu dan berani mengomunikasikan pemikirannya.  Jadi pengalaman adalah guru dan sumber pengetahuan serta modal individu mengembangkan potensi dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun