Bersama kebenaran yang telah terbangun dalam kognitifnya, ia membawa masuk dalam presentasi, diskusi dan debat yang semakin luas dalam kelas besar.Â
Guru dengan semangat pengajaran yang konstruktif memberikan setiap kelompok mempresentasikan apa yang telah mereka temukan dari satu sumber informasi yang ada dalam video.Â
Dinamika interaksi semakin mendalam ketika setiap kelompok mempertahankan apa yang menjadi kebenaran mereka demikian juga kelompok yang lain.Â
Dinamika dari kelompok kecil kepada kelompok besar memperluas kerja otak setiap pribadi untuk mempertentangkan, mempertayakan apa yang masuk dalam pikirannya.Â
Pertentangan terjadi karena informasi yang diterima dalam interaksi itu ada yang sama, ada yang berbeda. Seorang anak kembali lagi mempertanyakan dalam dirinya alasan kesamaan dalam konsep.Â
Mempertanyakan demikian membuat ruang kognitifnya terus mencari tau sejauh mana kebenaran yang dimiliki bersama itu sungguh menjadi hal yang final.Â
Pertanyaan demi pertanyaan membuat anak itu semakin mampu mengaktualisasikan segala pengalaman yang diperoleh dari orang lain dan dari yang diperolehnya sendiri.
Merefleksian paradigma kognitivisme Vigotsky ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan di sekolah harus   didesain secara agar siswa mampu mengaktualisasikan pengetahuannya.Â
Mewujudkannya perlu pengkondisian kelas pembelajaran yang efektif di mana pendidik  mampu mengatur kelompok belajar sesuai karakter peserta didiknya sehingga teman yang tepat dalam diskusi menjadi pembelajaran yang tepat karena di sana terjadi social learning , siswa belajar dari teman dan teman belajar dari dirinya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI