Kaulah Nadi kehidupanÂ
Yang menggetarkan jantung harapanÂ
Dengan banjir Air mata yang tak kunjung mengeringÂ
Di bawah terik mentariÂ
Dengan rasa resah yang menari-nariÂ
Ku mencoba menghentikannya dan menepiÂ
Tetapi, waktuMu seakan tak ingin berhentiÂ
Di bawah deritaMu aku berdiriÂ
Menatap wajahMu yang penuh kasihÂ
Kau perlahan menganyam kasihÂ
Yang tak kutahu suatu waktu akan tibaÂ
Mendekap tubuh iniÂ
Yang tak pernah putus untuk mencintaÂ
Oh Tuhanku...
Pada kesunyian kerahiman-Mu  aku terperosokÂ
Menenun kasih yang belum ku nyatakanÂ
Karena air mata yang terlukaÂ
Tergenang ke dasar kepasrahanÂ
Kini, air mata mulai menetes lagiÂ
Bukan karena kepenatan jiwaÂ
Namun karena cinta yang Kau alirkanÂ
Yang tak terbendung dalam pelupuk matakuÂ
Tuhan...
Keteduhan lah milikkuÂ
Kepadamu lah hidupku berteduhÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H