Romo Rikardus, yang sering disapa Romo Kardus terkenal sebagai romo gaul dan sangat aktif di medsos. Selain bekerja sebagai pastor paroki di Kolam Emas, ia juga memiliki hobi yang unik yaitu memelihara ayam jago untuk disabung. Saking semangat, setiap melihat ayam tetangga yang nangkring di pagar gereja, langsung cepat-cepat dianalisa bibit bebet dan bobotnya. IPSA, komunitas Ikatan Penggemar Sabung Ayam mendaulatnya sebagai pembina rohani komunitas tersebut.
Pada suatu hari, diadakan lomba sabung ayam. Ayamnya Romo Kardus, si Brio, pun dilombakan dan mencapai babak final. Romo sangat berbahagia dan berharap si Brio bisa membawa pulang piala bergilir kali ini. Pagi menjelang lomba, dalam perayaan Ekaristi, Romo Kardus mendoakan ayamnya agar memenangi pertandingan tersebut.
Pak Rudy yang ikut hadir merasa gelisah dan bertanya dalam hati, "apakah boleh Romo mendoakan hal seperti ini?", "apakah sudah gak ada intensi lain ?". "Apa sih arti Ekaristi?". Ujungnya, Pak Rudy bahkan mengkritisi dirinya sendiri, " ah, ... Â mungkin ada benar juga. bodohnya aku yang tidak mengerti". Bapak Rudy pun memilih diam dalam kegalauannya.
Waktu pun berlalu dan sepuluh tahun kemudian, ketika berkunjung ke toko buku rohani, Pak Rudy secara tak sengaja membaca resensi ringan pada sebuah buku liturgi.
"Perayaan Ekaristi yang adalah "ruang" suci melekat erat dengan intensi dalam perayaan Ekaristi. Intensi utama Ekaristi sendiri adalah ungkapan syukur kepada Tuhan dan juga demi keselamatan umat Allah. Selain itu perayaan ini diperuntukkan demi kepentingan seluruh Gereja semesta, bukan hanya untuk diri sendiri atau kelompok tertentu.
Intensi dapat terungkap melalui doa-doa kita. Doa dalam perayaan Ekaristi pertama-tama diarahkan pada para pemimpin Gereja, pemimpin masyarakat dan keselamatan dunia, bagi orang-orang yang sedang menderita dan doa untuk jemaat setempat (paroki, stasi, wilayah, lingkungan).
Dalam perayaan khusus, urutan doa umat dapat disesuaikan menurut tema dan kebutuhan. Nah, ini yang harus diperhatikan baik-baik ... jika tidak, IMAM bisa mengungkapkan semua apa saja keinginannya - lalu dipermanis dengan kata "demi Kristus Tuhan kami". Sebagai In Persona Cristi, Imam hendaknya menyadari bahwa tindakannya bukanlah tindakan privat, tetapi merepresentasikan Kristus yang hadir dalam perayaan Gereja (bdk. Kan. 837 - 1)."
Pak Rudy tersontak kaget mengingat peristiwa sepuluh tahun silam. Ingatannya melayang pada Romo Kardus dan si Brio yang entah dimana berada sekarng. Dia menarik nafasnya dalam-dalam seakan-akan ada hal yang terjawab. Dia menemukan satu hal baru untuk dirinya sendiri: Jangan pernah mencuri panggung Kristus demi sorak sorai dan  kemuliaan diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H