Mohon tunggu...
Don Martino
Don Martino Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergi untuk Hidup

25 Januari 2020   21:41 Diperbarui: 25 Januari 2020   21:35 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah replika kaki yang menggambarkan perjalanan Santo Yakobus di kota Santiago de Compostela, Spanyol. (Foto: pribadi).

Karena iman kita itu berasal dari mendengarkan,  yaitu mendengarkan firman Kristus (lih. Rom 10:17), baik melalui perayaan liturgis maupun dalam doa dan refleksi pribadi (Paus Francis, Aperuit illis).

Kerajaan Allah sudah dekat
Pengumuman pertama tentang Yesus secara harfiah identik dengan apa yang kita dengar dari Yohanes Pembabtis dalam Injil Matius 3,2. Bacaan injil ini  menegaskan tentang nilai universal dari proklamasi tugas misi, yaitu saat, "Dalam perjalanan, berkhotbah, katakan bahwa kerajaan surga sudah dekat" (Mat 10,7).

Ini adalah pengumuman yang menggembirakan: kerajaan Allah akan datang, sudah dekat, ia ada di antara kita! Kata ini sangat penting: Kerajaan Allah ada di tengah-tengahmu. Tuhan datang untuk menegakkan ketuhanan-Nya dalam sejarah kita, dalam hidup harian kita, dalam diri kita; dan jika diterima dengan iman dan kerendahan hati cinta, kegembiraan dan kedamaian akan tumbuh (Paus Francis, dalam doa Angelus di Piazza San Pietro, 04 Desember 2016).

Pengumuman akan kerajaan Allah adalah sebuah Kabar baik yang mengundang kita ke arah perubahan hidup: pertobatkan dirimu, karena kemuliaan Tuhan tidak dapat diwujudkan tanpa kolaborasi manusia. Bertobat adalah ajakan untuk merevolusi kehidupan masing-masing: mengubah visi tentang segala sesuatu dan tentang Allah, mengubah arah sehubungan dengan jalan yang telah kita ambil yang perspektifnya ada di depan mata kita dan tampaknya memiliki perpecahan, perbedaan, ketakutan, dan sebagai cakrawala baru atas sebuah konsekuensi.

Yesus menawarkan kepada kita dengan hidupnya, jalan yang belum pernah ada sebelumnya bagi manusia yang diceritakan kepada kita di sepanjang Injil. Ajaran Yesus, memang membawa perpecahan pada zamanNya, tetapi kemudian mereka bagi yang mendengarkan dengan Iman, akan beralih dari perpecahan pada persatuan. Dari kematian pada kehidupan. Firman Tuhan menyatukan orang-orang percaya dan menjadikan mereka satu umat (Paus Francis, Aperuit illis).

Dia memanggil mereka
Padre Matteo, yang terinspirasi dari panggilan para rasul, telah menemukan sebuah jalan baginya.  Ia mensauhkan panggilannya pada kisah Yesus yang memanggil orang-orang secara acak untuk membuat pilihan: Aku akan menjadikan kamu penjala manusia. Apa yang Yesus katakan tampak begitu luar biasa dan sangat menarik sehingga para nelayan ini meninggalkan segalanya untuk mengejarnya. Mereka terhipnotis dengan kalimatnya, lebih-lebih totalitas hidupnya. Keempat nelayan pun mengikuti Yesus karena tertarik pada Firman-Nya, mereka merasa bahwa hidup mereka dapat dipercayakan kepadanya. Inilah efek dari Firman yang hidup, bukan perkataan yang kaleng-kaleng sifatnya.

Firman Yesus adalah baru dan berharga sebagai harta yang diletakkan di depan mata kita dan dalam Injil kita menemukan kuncinya: kesedihan kita yang tak terbatas disembuhkan hanya dengan cinta yang tak terbatas (Evangelii Gaudium, 265).

265. Seluruh hidup Yesus, caranya menghadapi kaum miskin, perbuatan-perbuatan-Nya, integritas-Nya, tindakan-tindakan kemurahan hatiNya sehari-hari yang sederhana, dan akhirnya pemberian diri-Nya sepenuhnya, sungguh berharga dan berbicara kepada hidup pribadi kita. Setiap kali kita menjumpai-Nya kembali, kita menjadi yakin bahwa inilah yang sesungguhnya dibutuhkan orang-orang lain, meskipun mungkin mereka tidak mengakuinya: "Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu" (Kis. 17:23). Kadang-kadang kita kehilangan antusiasme kita untuk tugas perutusan karena kita lupa bahwa Injil menanggapi kebutuhan kita yang terdalam, karena kita diciptakan untuk apa yang ditawarkan Injil kepada kita: persahabatan dengan Yesus dan kasih pada saudara-saudari kita.

Dalam perjalanan pulang ke asrama, aku mendoakan Ibu Maria dan anaknya Padre Matteo. 

"Ibu Maria, anakmu telah memilih yang terbaik bagi-nya, dan bagi Tuhan. Ibu jangan bersusah hati, karena Roh Tuhan menuntunNya di jalan. Disanalah dia akan mengetahui kebenaran tentang Allah, tentang manusia, dan tentang bagaimana kita dibebaskan dari dosa dan kematian. Dia pergi untuk hidup dia yang orang lain untuk menjadi yang lebih baik. Tuhan, berkati mereka selalu. Amin".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun