Mohon tunggu...
Martino
Martino Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Freelance Writer

Gemar Menulis, Penimba Ilmu, Pelaku Proses, Penikmat Hasil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pamali, Edukasi Keluarga dalam Bingkai Tradisi

19 Juli 2017   22:13 Diperbarui: 20 Juli 2017   11:42 4347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu mengantarkan anaknya mengikuti tradisi khatam Al-Quran dan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Lok Baintan, Kalimantan Selatan. (Dok.Pribadi)

Sebagai sebuah perwujudan sistem tradisi lisan yang mengandung pola dan makna pendidikan,  pamali diaanggap sebagai norma sosial tidak tertulis yang dihayati dan dihormati oleh masyarakat. Dalam pewarisannya, orang tua memegang peran besar dalam menuturkan ungkapan pamali. Pewarisan tersebut mengandung tiga proses yaitu proses penuturan orang tua kepada anak, proses menyimak dan mendengarkan, serta proses menghormati dan mentaati larangan. Setiap individu akan berusaha menaati larangan pamali sebab tidak ingin mendapat kesialan dan dianggap tidak menghormati adat istiadat. Dengan pola demikian, pamali menjadi salah satu cara tradisional yang efektif dalam menanamkan nilai budi pekerti sejak dini di lingkungan keluarga.

Pamali berperan penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia yang tidak terlepas dari nilai sopan santun, tata krama dan etika. Lewat larangan tersebut orang tua memiliki cara untuk menanamkan pemahaman tentang kebaikan yang harus dilakukan serta keburukan perlu dihindari sesuai etika serta adat istiadat yang berlaku. Pembiasaan tersebut lahir lewat pamali yang mengandung kontrol perilaku seperti ajaran cara berperilaku, cara berbicara, cara menghormati orang lain, cara memperlakukan diri, cara memanfaatkan waktu dan lainnya. Proses itu secara perlahan akan mendorong pembudayaan yang menuntun sikap dan perilaku positif setiap anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Ditengah arus modernisasi dan kehidupan yang semakin bebas, pamali menjadi mekanisme pertahanan tradisional terhadap perilaku yang melanggar nilai kesopanan dan tata etika. Melalui ungkapan pamali, para orang tua secara sadar menyiapkan tiap anggota keluarga menjadi manusia berbudi pekerti dalam menjalani kehidupan sekarang dan masa depan. 

Makna nilai pendidikan yang terkandung dalam ungkapan pamali masih sangat relevan dengan nilai kehidupan masyarakat saat ini. Sebab nilai kebaikan, sopan santun dan tata etika merupakan kebutuhan bagi kehidupan sosial manusia disegala jaman. Inilah salah satu budaya yang diwariskan oleh leluhur terdahulu bagi pembentukan karakter manusia Indonesia yang patut menjadi inspirasi. Sebab dibalik budaya pamali, terdapat harapan besar akan lahirnya generasi bangsa yang menghargai budaya, berbudi pekerti luhur serta beradab dalam berperilaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun