Darurat generasi muda saat ini mendesak ditanggulangi. Bila kondisi tersebut tidak segera diatasi, maka mimpi untuk memiliki generasi emas yang mampu mewujudkan cita-cita masa depan bangsa akan menjadi jauh panggang dari api. Sebab pembiaran hanya akan menyebabkan semakin banyak generasi muda yang menyambut kelamnya masa depan diusia muda akibat pergaulan bebas, pornografi, seks bebas dan narkotika. Untuk mengantisipasi hal tersebut tentu kita bersepakat menjadikan pendidikan sebagai garda terdepan guna membentuk generasi muda berkualitas serta sehat secara sehat secara jasmani, rohani dan mental spiritual.
Menanggulangi darurat kependudukan usia remaja yang berpotensi menghadirkan masalah multidimensi di Indonesia diperlukan upaya pengendalian dan penataan penduduk usia remaja secara tepat. Hal utama yang harus menjadi perhatian khusus adalah upaya pencegahan dan penataan perilaku remaja melalui pendidikan seks, edukasi kependudukan serta penanaman nilai-nilai moralitas melalui pendidikan karakter. Pengenalan sejak dini secara bertahap terkait dengan reproduksi, seperti alat reproduksi, proses reproduksi, hingga resiko dan ancaman bahaya seks bebas harus secara komprehensif diedukasi kepada remaja.
Memberikan pengetahuan reproduksi bagi para remaja perlu juga ditunjang dengan upaya mendorong remaja untuk berperilaku positif. Sebab meskipun pengetahuan reproduksi sudah dipahami oleh remaja, belum cukup kuat untuk membendung infiltrasi nilai dalam kehidupan yang kian bebas. Oleh sebab itu disamping edukasi perihal reproduksi, remaja juga diarahkan untuk menghindari seks bebas, pergaulan bebas, narkotika, hedonisme dan budaya lain yang merusak. Remaja didorong untuk untuk memiliki perencanaan masa depan yang baik melalui edukasi kependudukan dan pendidikan karakter. Hal ini diperlukan guna membentuk generasi muda yang positif sekaligus mampu berprestasi, berkarya dan berkontribusi optimal diusia produktifnya.
Hingga saat ini kita masih terus  mencoba menemukan bentuk ideal target sasaran, substansi dan cara penyampaian pendidikan seks dan edukasi kependudukan diimplementasikan. Mengingat keduanya penting diberikan sejak dini hingga dewasa, maka setidaknya target sasaran dapat dikelompokan menjadi penduduk usia anak-anak; penduduk remaja dan dewasa muda; serta penduduk dewasa/berkeluarga. Pengelompokan ini perlu dilakukan agar dapat merumuskan  substansi/materi edukasi kependudukan yang efektif dan sesuai dengan  usia penduduk dan masalah yang ingin dipecahkan. Selain itu diperlukan guna menghindari kerancuan yang selama ini sering terjadi. Misalnya tentang perdebatan pada jenjang mana sex education dan kesehatan reproduksi idealnya diberikan.
Dari segi materi, pada jenjang penduduk anak-anak substansi yang perlu ditekankan adalah pengenalan dasar tentang reproduksi, pengetahuan dasar tentang keluarga serta hubungan antar manusia. Adapun jenjang penduduk remaja, wawasan kependudukan yang diberikan meningkat pada pengetahuan proses reproduksi dan resiko seks bebas, serta arahan untuk mewujudkan generasi yang berencana, berprestasi dan bebas dari narkoba, seks bebas dan HIV/Aids. Pada penduduk dewasa (usia menikah dan berkeluarga), wawasan yang diberikan lebih komprehensif mencakup upaya perwujudan perilaku hidup berwawasan kependudukan (PHBK) seperti pendewasaan usia pernikahan, pandangan tentang jumlah anak, jarak kelahiran, tertib administrasi kependudukan, serta manajemen perencanaan keuangan, pendidikan, dan kesehatan keluarga.
Upaya menata penduduk usia remaja merupakan rangkaian upaya merubah sikap dan perilaku remaja tentang pergaulan, gaya hidup, dan perencanaan masa depan. Untuk generasi muda, hal ini berarti menanamkan keyakinan dan cara pandang dalam menjalani masa muda dengan positif dan merancang masa depan dengan baik. Maka pendidikan seks, edukasi kependudukan serta pendidikan karakter adalah cara yang dapat ditempuh guna menanamkan pola berpikir, keyakinan dan cara pandang untuk mewujudkan perubahan sikap dan perilaku remaja. Edukasi kependudukan bagi remaja bertujuan membentuk penduduk usia remaja menjadi warga negara yang dalam segala perilakunya berpandangan ke depan terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup, menuju masyarakat yang serasi, dan seimbang dalam hubungannya dengan kehidupan sosial. Diharapkan dengan terbentuknya kesadaran berpikir dan berperilaku akan melahirkan generasi yang memiliki perencanaan kehidupan yang lebih baik, rasional serta bertanggungjawab.
Ketiga bentuk edukasi tersebut dapat disatukan melalui gerakan generasi berencana, dimana setiap generasi muda untuk diajak untuk menjauhi narkoba, seks bebas, serta mengkampanyekan kesehatan reproduksi. Melalui upaya tersebut, para generasi muda khususnya remaja diarahkann untuk menjalani 5 fase kehidupan remaja dengan perencanaan matang yaitu sekolah kejenjang lebih tinggi; mencari pekerjaan yang komprehensif; memulai kehidupan berkeluarga yang harmonis; menjadi anggota masyarakat dan berperilaku hidup sehat. Dengan demikian diharapkan akan tercipta tercipta generasi yang sehat reproduksi, bermental dan berperilaku positif, matang usia perkawinan, serta terhindar dari risiko seksualitas, HIV/AIDS dan narkoba.
Melawan dengan Media Sosial
Salah satu sumberdaya yang dapat digunakan dalam memberikan pendidikan seks dan edukasi kependudukan adalah pemanfaatan Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Selain berperan sebagai sistem  komunikasi, seluler bersama internet dan media sosial saat ini berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan berbagai informasi penting. Melalui media ini, distribusi informasi secara aktual dan cepat tanpa adanya batas. Hal inilah yang dapat dioptimalkan dalam upaya penyebarluasan informasi pendidikan seks dan edukasi kependudukan. Kampanye kesehatan reproduksi, anti pergaulan bebas dan seks bebas, dan budaya kekerasan melalui seluler dan media sosial diharapkan mampu membentuk perubahan cara pandang dan perilaku positif remaja dalam menjalani masa mudanya.
Jika melihat intervensi internet dan jejaring sosial yang mampu menciptakan perubahan besar dalam nilai dan perilaku remaja saat ini, maka peluang untuk melakukan perubahan dengan pendidikan seks dan edukasi kependudukan dalam melalui internet juga memiliki kesempatan yang sama besarnya. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi seluler telah menghadirkan internet dan berbagai media sosial yang kini semakin mudah diakses dalam genggaman sebagai sarana strategis. Merujuk pada fenomena dimana seluler dan internet telah menjadi suatu kebutuhan, maka sudah seharusnya ranah ini menjadi sarana guna menyebarluaskan wawasan kesehatan reproduksi dan pendidikan seks. Oleh sebab itu pemanfaatan ranah maya dapat menjadi salah satu peluang melepaskan remaja dari ancaman pergaulan bebas, seks bebas, pornografi dalam rangka membangun kualitas kesehatan reproduksi remaja.
Remaja kini bersahabat sangat dekat dengan gadget dan internet, tidak ada hari yang terlewatkan untuk berkomunikasi dan mengakses internet lewat selulernya. Terlebih dengan pola komunikasi yang kini bergeser menggunakan basis akses data internet pada layanan pesan. Belum lagi beragam sosial media menjadi favorit remaja untuk berekspresi karena menghadirkan berbagai fasilitas yang memberikan kesempatan bagi pengguna untuk berinteraksi dengan orang lain, mendokumentasikan setiap aspek dari hidupnya serta menemukan berbagai informasi. Beragam media sosial dapat menjadi sarana yang efektif sekaligus efisien dalam memotivasi remaja, mengedukasi, serta mengkampanyekan kesehatan reproduksi dan mental remaja.