Biar berimbang mari kita tengok kembali ke belakang. Masih ingatkah kasus-kasus berikut ini:
- Oknum guru Jakarta Internasional School (JIS) yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya pada tahun 2016.
- Korban Asusila Guru Edi Waluyo di SMP Budi Waluyo Jakarta Selatan tahun 2006.
Dua kasus di atas adalah contoh kecil dari sosok guru yang katanya diguguh dan ditiru. Mungkin juga banyak kasus lain yang melibatkan oknum guru "nakal" di luar sana, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Sidang pembaca yang terkasih, saya di sini dan menulis bukan untuk menyebutkan dosa seorang guru, karena saya pun seorang guru yang belumlah sempurna. Namun inti dari ulasan ini adalah matinya budi pekerti seorang pendidik dan yang didik. Jadi yang meninggal bukanlah Ahmad Budi Cahyono, seorang guru seni di SMAN 1 Torjun, tetapi hati nurani yang kusebut sebagai budi pekerti.
Mungkin secara fisik beliau sudah tiada, tetapi kuyakin caranya meninggal akan terus dikenang oleh dunia pendidikan. Namun budi pekerti dari pendidik dan yang didik perlahan-lahan seperti terkikis oleh zaman, hilang karena teknologi, dan lama kelaman mati karena rumah bukan lagi menjadi tempat yang dirindukan oleh seorang anak. Mengapa demikian? bersambungpada tulisan berikutnya.