Tidak berapa lama, Abah keluar dengan wajah gembira. Mungkin ia senang karena keinginannya untuk melihat Firaun tercapai. Eh, tunggu dulu, ternyata Abah justeru keluar karena ia merasa kebingungan.Â
"Bah, disitu aja dulu. Jangan lewat pintu ini.nanti Abah disuruh bayar lagi kalau masuk. Abah sudah lihat mumi nya belum?" ucap samiku agak nyaring sebelum Abah menghampiri kami. Antara kami dan Abah memang ada tiang penghalang yang ditunggui oleh seorang penjaga karcis.
"Baluman kam. Abah bingung mumi nya banyak sakalinya yang mana lih kira-kira? Fir aun itu siapa ngarannya?" Ternyata Abah kebingungan setelah memasuki ruangan banyak mumi-mumi lain dan beliau menanyakan siapa gelar untuk fir'aun yang hidup semasa dengan Nabi Musa itu.Â
"Fir'aun itu kalau gak salah Ramsis II, Bah. Coba Abah masuk lagi, liat-liat aja semuanya dengan teliti. Jangan keluar dulu sebelum puas. Sayang uang 100 pond nya" Sambung Bang Hamzah lagi.
 Aku dan Mama hanya bisa tertawa geli. Kejadian di museum ini benar-benar lucu. Selang beberapa lama, Abah keluar ruangan dan dari wajahnya terpancar kepuasan.  Kami pun turut senang karena keinginan Abah untuk melihat mumi Fir aun sudah terwujud. Lalu Abah membacakan sebuah ayatAl-Qur'an yang sangat ia hafal, yang artinya "Dan Kami bawakan Bani Israil ke seberang laut Merah, lalu dikejar oleh Firaun dan tenteranya, dengan tujuan melakukan kezaliman dan pencerobohan, disaat apabila Firaun hampir tenggelam berkatalah ia (pada saat yang genting itu): "Aku percaya, bahawa tiada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku adalah dari orang-orang yang berserah diri (menurut perintah)". (Allah berfirman): "Adakah sekarang (baru engkau beriman), padahal sesungguhnya engkau dari dahulu telah kufur durhaka, dan engkau telah menjadi dari orang-orang yang melakukan kerusakan?" Maka pada hari ini, Kami biarkan engkau (hai Firaun) terselamat dengan badanmu (yang tidak bernyawa, daripada ditelan laut), untuk menjadi tanda bagi orang-orang yang di belakangmu (supaya mereka mengambil itibar) dan (ingatlah) sesungguhnya kebanyakan manusia lalai (untuk memerhatikan dan memikirkan) tanda-tanda kekuasaan Kami!" (Yunus: 90-92)
Sejenak kami merenungi ayat-ayat itu. Aku kembali mengagumi kakek Atikah itu, yang selain sangat pintar juga banyak hafalan Al-Qur'annya. Sambil menuju keluar museum Abah memanas-manasi Mama,
 "Beh, rugi Mama kada masuk tadi. Kadada yang kawa dikisahakan ke kakawanan di kantor," (Rugi deh Mama gak mau masuk ke ruang mumi tadi. Gak ada yang bisa diceritakan ke kawan-kawan Mama di kantor nanti) seloroh Abah.
 "Biar ha. Baya fir'aun ngintu.. Mama sudah rihlah ka tujuh Rumah Sakit lagi di Mesir. Harat pada urang lainnya..." (Biarin. Wong cuma Fir'aun kok. Lagian Mama sudah rihlah ke tujuh rumah sakit di Mesir, ini jauh lebih hebat daripada orang lain). Jawab Mama dan aku pun tak henti tertawa. Menyenangkan berada di tengah keluarga. Berharap kebersamaan ini tak kan berakhir.Â
Selain ke Egyptian Museum kami juga ke Piramid di Giza kemudian esoknya ke Iskandariah (Alexandria). Perjalanan yang sangat menyenangkan dan takkan terlupakan.
********
Sejenak aku tersadar dari lamunan panjangku itu. Mulutku menyunggingkan secuil senyum dan segelak tawa, teringat kegigihan Abah yang ingin melihat mumi Fir'aun. Tiba-tiba saja dalam otakku tertulis sebuah judul gokil "Pertemuan Sang Kakek dengan Mumi Ramses II". Aha, siapa sangka, ternyata rindu kali ini berbuah karya.