Maka jangan ditanya berapa banyak moment yang saya abadikan baik dalam bentuk foto dan dilengkapi dengan video. Dua kesempatan dengan 'misi' berbeda tentu beda juga peralatan bak akan berperang yang saya bawa.
Pada perjalanan pertama ke Aceh, bersama rekan dari kantor kami membawa kamera Nikon dan Canon. Sementara pada perjalanan kedua, saya berbekal Fuji Film, Go Pro, Canon, dan Fuji Polaroid. Beragam merek kamera ini juga disediakan Electronic City bahkan jika kamu memiliki keterbatasan waktu untuk datang ke salah satu dari 20 store and outlet-nya yang ada di Jakarta, kamu cukup membuka laman www.electronic-city.com atau menekan nomor telepon 15000-32.
Terlebih, bagian dari memperingati 15 Tahun Electronic City Melayani Kamu, diberikan secara cuma-cuma alia free shipping jika masih berada dalam daerah Jabodetabek. Bagaimana soal harga? Cobaan besar karena sedang ada diskon setidaknya 20% untuki semua produk bahkan plus plus untuk produk tertentu; handpone, camera, dan pritilan yang terkait dengannya, pun tengah diberi diskon. Ya, sejatinya tidak hanya alat elektronik di atas yang disediakan Electronic City. Pelbagai produk yang dikelompokkan dalam; audi, video, television, gadget, information technology, camera, accessories, dan office equipment. Khususnya untuk perjalanan kedua, hasil jepretan dan materi video dari beragam merek camera yang kami bawa, kemudian saya dan teman olah menggunakan mobile phone Lenovo oleh saya dan via Xiaomi oleh teman perjalanan saya yang kebetulan asli orang Aceh. Mana hasilnya? Bisa dilihat dilaman akun twitter maupun instagram @martinaprianti
Lebih lanjut soal teman perjalanan, menurut saya hal ini adalah bagian dari 'berkat tersembunyi' yang rasanya tidak sembunyi lagi, saya terima. Dari setiap perjalanan. Ya, dalam setiap perjalanan mendatangi daerah demi daerah khususnya di Indonesia saja, bukan saja membuat saya semakin mengenali diri saya sendiri tapi juga saya mendapatkan teman, sahabat, bahkan keluarga baru. Indah.
Kami berdua menyadari bahwa ada moment yang tidak bisa terulang. Maka selain membawa alat pengisi daya batre, kami juga tidak lupa membawa batre cadangan untuk segala jenis kamera. Sedia payung sebelum hujan, wejangan ini juga kami terapkan soal alat eletronik yang kami bawa saat melakukan perjalanan atau yang kini keren dengan kata travelling. Oh iya, saya juga tidak pernah lupa membawa aksesoris listrik khususnya steker cadangan dan kabel listrik.
Pelbagai persiapan yang dibawa sendiri saat melakukan perjalanan tak lain juga untuk memudahkan kita untuk bisa lebih menikmati nan nyaman. Entah saat tengah berbincang asik dengan masyarakat sekitar atau pun saat kita dalam diam menikmati segala panca indra terbius keindahan alam, budaya, hingga kuliner, setempat sambil tangan sibuk mengambil gambar atau sekadar membiarkan mata hanyut tenggelam lalu sesaat kemudian jemari melompat-lompat entah di netbook ataupun mobile phone.
Dan kembali bicara soal Aceh, saya ingin kembali. Bukan sekadar ingin ikut memperingati 12 tahun musibah tsunami Aceh pada 26 Desember 2016 nanti. Bukan sekadar ingin melihat secara langsung bagaimana dampak musibah gempa Aceh khususnya Pidie pada 7 Desember 2016. Saya ingin kembali ke Aceh untuk mengucap syukur secara langsung pada Tanah Rencong dengan memberikan senyuman dan pelukan hangat kepada orang tua dan anak-anak yang menjadi korban, untuk membantu teman-teman di Aceh yang peduli pada sektor pendidikan dan segala sektor kehidupan lainnya, untuk melakukan apa yang saya lakukan meski sekadar ya mungkin hanya sekadar menulis kembali tentang Aceh atau membuat video perjalanan.
Bencana bisa saja kembali datang tapi segala duka juga akan berlalu. Aceh dengan alam serta tentu masyarakatnya, akan bersama daerah lain di Indonesia, kembali bangkit kemudian berkembang. Maju serta indah.
“Don’t tell me how educated you are; tell me how much you traveled.” Demikian dikatakan Nabi Muhammad SAW mengenai travelling atau perjalanan.