Mohon tunggu...
Martina Prianti
Martina Prianti Mohon Tunggu... -

membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Karena dan untuk Sinabung

19 Oktober 2014   11:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan berikut tentang catatan sebuah perjalanan bersama. Perjalanan dalam bagian proses belajar berani wujudkan simpati bahkan sangat mungkin empati; kepada bagian dari alam semesta yakni tentang dan untuk Gunung Sinabung.

Yah kepada alam semesta yang sudah begitu pemurah memberikan ruang bagi kami untuk saling memberi ruang bagi waktu, pikiran, tenaga, dan lain sebagainya, patutlah kita bersyukur. Dan tulisan ini, sekadar bagian dari itu;

Sebelumnya tidak saling mengenal. Tapi karena dan untuk Sinabung, (2.460 mdpl) kami dipertemukan dan disatukan oleh gunung yang baru kembali aktif pada 29 Agustus 2010 setelah terakhir meletus tahun 1600.

Keaktifan Sinabung makin menjadi pada pertengahan September 2013. Lontaran lava, awan panas, dan abu keluar dari gunung yang berada di tanah Karo, Sumatera Utara.

Sinabung bergejolak. Maka bukankah tak ada alasan kami tuk tidak bergerak. Kami menyebut diri dengan @Kopdar_Sinabung. Kami merupakan perkumpulan para traveler, backpacker, pendaki, penyelam, pecinta alam, dan pelbagai latar belakang hobi lainnya.

Singkat kata, berawal dari perbincangan dalam dunia maya, kami lalu bergerak melakukan penggalangan dana. Memanfaatkan jejaring social, seperti facebook dan twitter, kami saling memperkenalkan diri dan bersama menggalang dana secara kolektif per komunitas maupun per orang.

Pertemuan secara nyata pertama kali kami dilakukan pada 28 November 2013 di Monas. Pada malam itu, secara akumulasi terkumpul dana sebesar Rp 4,5 juta.

Dana yang kami ada pada kami pada malam itu maupun malam-malam selanjutnya, merupakan saweran bersama perwakilan komunitas maupun atas nama pribadi maupun, yang disetorkan setoran saat kopdar berlangsung atau langsung ke akun rekening @Kopdar_Sinabung.

Kopdar demi kopdar seterus berlanjut. Dan sejak awal kami sepakat untuk menghimpun dana sumbangan untuk pengungsi Sinabung dan kemudian diteruskan melalui Backpacker Medan (BPM).

Ada memang beberapa teman yang tergabung dalam Kopdar Sinabung yang datang ke pengungsian Sinabung dengan dana sendiri namun, tetap disepakati penyaluran bantuan dari Kopdar melalui BPM. Pada akhirnya, teman-teman yang datang dari Kopdar ke pengungsian menjadi semacam amunisi tenaga tambahan bagi BPM.

Tak sekadar menerima sumbangan uang secara nyata, kami pun menggalang dana dengan berjualan baju layak pakai. Baju yang dijual merupakan bagian dari baju layak pakai sumbangan dari teman-teman. Tidak seluruhnya kami jual karena sebagian besar kami kirim ke pengungsian Sinabung. Berinovasi menggalang dana, kami pun sempat mencetak kaos berlabel @Kopdar_Sinabung yang hasilnya masuk dalam kas penggalangan dana tuk sepenuhnya ditujukan bagi pengungsi.

Berfluktuasi bak bergerakan pasar saham, kondisi Sinabung pun demikian. Dalam saat bersamaan pada Februari, Gunung Kelud yang berada di Jawa Timur pun memuntahkan isi perut bumi.

Beranjak dari keprihatinan yang sama kepada pengungsi di kaki Gunung Sinabung, atas kesepakatan bersama dalam forum, Kopdar Sinabung pada 17 Februari 2014 mengalihkan sumbangan sebesar Rp 5juta bagi pengungsi Kelud melalui BPI regional Malang. Alasannya? Seperti halnya BPM, BPI Malang pun terjun langsung ke pengungsian menyalurkan bantuan. Bersyukur, kini Kelud telah kembali ‘anteng’.

Sinabung sendiri sempat menunjukkan masa tenang meski sekali-kali batuk. Jumlah pengungsi yang sempat menembus 30 ribu jiwa, memasuki triwulan kedua tahun ini sebagian diantaranya kembali dipulangkan ke rumah mereka.

Meski demikian, penggalangan dana melalui akun bersama masih dilakukan. Hanya saja, kegiatan penggalangan dana dengan turun ke jalan mapun kopdar yang dikurangi. @Kopdar_Sinabung tengah mati suri menunggu perkembangan Sinabung, sempat ada yang menilai demikian.

Mengutip penggalan pribahasa yang menyebutkan malang tak dapat ditolak, Sinabung kembali bergejolak kembali pada September. Bahkan, muntahan lava, awan panas, dan debu vulkanik, masih cukup rutin keluar dari dalam perut bumi yang tepat di bawah Sinabung.

Karena kondisi demikian, kebijakan melarang masyarakat memasuki radius 5 km dari kaki Sinabung pun kembali diterapkan. Masyarakat kembali diungsikan hingga per tanggal 12 Oktober saja, jumlah pengungsi mencapai lebih dari 3.000 jiwa. Jumlah tersebut, di luar dari pengungsi Sinabung yang pada beberapa bulan lalu diungsikan dan ditempatkan di rumah hunian sementara atau Huntara, lebih dari 6.000 jiwa.

Karena dan untuk Sinabung, kita melalui @Kopdar_Sinabung telah belajar tuk berani wujudkan simpati bahkan empati. Maka dikala Sinabung kembali bergejolak, bukankah tidak ada alasan bagi kita bersama tuk lebih keras nan lebih sering berusaha wujudkan simpati dan empati kita. Yah bagi mereka.

Setidaknya turut menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi mereka; makanan (sembako serta kebutuhan anak dan balita) dan mungkin bisa kembali menyediakan pakai layak serta sebagian peralatan sekolah bagi adik-adik di sana. Itu harapan sederhana kami karena kami sadar, dibutuhkan kersediaan dana yang tidak sedikit jika ingin ikut membangun kembali rumah, jalan maupun sarana utilitas lainnya.

Bertahun-tahun kita menikmati Indonesia. Sekarang saatnya kita memberikan sesuatu untuk Ibu Pertiwi.Mengutip H.G Wells yang mengatakan “our true nationality is mankind.”

“Bukankah tidak ada yang lebih suci bagi seorang pemuda daripada membela kepentingan bangsanya?,” begitu ucap Pramoedya.

Kawans, kita sudah memulai. Mari melanjutkan langkah bersama ini. Melalui @Kopdar_Sinabung atau tidak, pun bagi saya sendiri, mari lebih berani wujudkan simpati dan empati; pun bagi pengungsi Sinabung.

Salam ransel, salam rimba, dan salam damai.

Jakarta 19 Oktober 2014,

Namaste.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun