Mohon tunggu...
Martina Lindri Suarlembit
Martina Lindri Suarlembit Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menulis Cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kami Papua

30 Januari 2024   23:41 Diperbarui: 30 Januari 2024   23:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kami Papua,

Diam kami dianggap lemah

Warna kulit kami jadi bahan candaan

"Kan orang Papua kulitnya hitam semua"

"Lantas mengapa ? Apakah warna kulit kami sepenting itu untuk dijadikan tolak ukur ?"

Rambut kami dipandang aneh dan dianggap beda oleh mereka

Sungguh, para manusia tak berperasaan 

Dialek kami di anggap bentakan

"Sst, lembutlah sedikit" 

Ucap mereka yang mendengar

Keringat kami dianggap sebagai bahan olokkan 

Tanpa perasaan mereka menutup hidung sambil berkata "ugh, baunya"

Rupa kami dianggap aneh

Dengan lantang mereka tertawa sembari menunjuk kearah kami dan berkata dengan penuh ejekan "hahaha, lihatlah, ada orang aneh disana"

Kami Papua

Terkadang menjadi orang asing di negeri sendiri

Kami Papua

Toleransi, kami junjung tinggi di tanah kami, sungguh 

Agama, suku, warna kulit, lurus keriting rambut tetap satu bagi kami

Kami Papua

Manusia yang selalu disalah sangkai

Kami Papua

Korban diskriminasi dan rasisme yang tak berkesudahan 

Salam, anak Papua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun