Pak Arman tidak bisa menahan air mata ketika melepas Nisa berangkat ke kota. Ia tahu, ini baru awal dari perubahan besar yang selama ini ia impikan. "Lanjutkan perjuanganmu, Nisa. Buktikan bahwa anak desa pun bisa meraih mimpi," kata Pak Arman sambil tersenyum bangga.
Perlahan namun pasti, Desa Harapan mulai berubah. Anak-anak yang dulunya hanya bermimpi kecil, kini berani bercita-cita tinggi. Mereka ingin menjadi seperti Nisa, membuktikan bahwa pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik, tidak peduli seberapa terpencil tempat mereka tinggal. Semangat yang Pak Arman tanamkan terus tumbuh di hati anak-anak itu.
Pak Arman tahu bahwa perjuangannya belum selesai. Masih banyak yang harus diperjuangkan, masih banyak anak-anak yang perlu dia bimbing. Namun, ia tidak lagi merasa sendirian. Kini, seluruh desa mulai sadar akan pentingnya pendidikan, dan mereka mendukung penuh usaha Pak Arman.
Epilog Di suatu pagi yang cerah, Pak Arman berdiri di depan sekolahnya, melihat anak-anak berlari masuk ke kelas dengan senyum cerah di wajah mereka. Di sinilah hatinya berada, di pedalaman yang dulu gelap dan dilupakan, tetapi sekarang mulai bercahaya dengan harapan. Pak Arman tersenyum. Baginya, setiap langkah kecil yang ia ambil di desa ini adalah sebuah kemenangan, sebuah perubahan nyata yang akan terus membesar.
Dia percaya bahwa pendidikan adalah cahaya yang akan membawa anak-anak ini keluar dari kegelapan keterbatasan, dan meskipun jalannya masih panjang, Pak Arman tidak akan berhenti berjalan. Di ujung negeri ini, ia telah menyalakan api harapan, dan ia akan terus menjaga apinya tetap menyala.
Di bawah cahaya matahari pagi yang hangat, Pak Arman melangkah ke dalam kelas, disambut oleh sorakan dan tawa anak-anaknya. Mereka duduk di bangku kayu yang telah dicat ulang dengan warna cerah, sebuah usaha kolaboratif antara Pak Arman dan orang tua murid yang kini semakin menyadari pentingnya pendidikan. Setiap dinding kelas dipenuhi dengan karya seni murid-murid yang mencerminkan mimpi dan harapan mereka. Ada gambar dokter, insinyur, guru, bahkan astronaut, semua terinspirasi dari ajaran Pak Arman.
Pada pagi itu, Pak Arman memiliki rencana spesial. Ia ingin memperkenalkan proyek baru kepada anak-anak, sebuah proyek yang tidak hanya mengajarkan mereka tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial. Ia menyebutnya "Proyek Cinta Lingkungan." Dalam proyek ini, anak-anak akan belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan sambil menanam pohon di sekitar desa mereka.
"Anak-anak," Pak Arman memulai, "kita akan bekerja sama untuk menanam pohon di sekitar sekolah dan di tempat-tempat lain di desa kita. Pohon-pohon ini tidak hanya akan membuat lingkungan kita lebih indah, tetapi juga membantu kita belajar tentang kehidupan dan pentingnya menjaga bumi kita."
Anak-anak sangat antusias mendengar rencana tersebut. Mereka segera mulai menggali tanah dan mencari lokasi yang tepat untuk menanam pohon. Beberapa anak membawa bibit pohon dari rumah, sementara yang lain mencari cara untuk mendapatkan bibit dari pemerintah desa. Kerja sama ini tidak hanya mengajarkan mereka tentang tanggung jawab, tetapi juga membangun rasa kebersamaan di antara mereka.
Selama beberapa minggu ke depan, proyek ini berjalan dengan baik. Pak Arman membimbing mereka setiap langkah, mengajarkan mereka cara merawat tanaman, pentingnya lingkungan, dan dampak dari perubahan iklim. Setiap kali mereka berhasil menanam pohon baru, Pak Arman mengadakan perayaan kecil, merayakan setiap pencapaian mereka.
Namun, tidak semua orang di desa merasa nyaman dengan perubahan ini. Beberapa penduduk masih skeptis tentang pendidikan dan proyek-proyek yang digagas oleh Pak Arman. Mereka merasa bahwa hal-hal semacam itu hanya membuang waktu dan tidak memberikan hasil yang nyata.