Mohon tunggu...
Martin PurnamaPutra
Martin PurnamaPutra Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Belajar dari mana saja, siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paket untuk Kakung dan Filosofi Agung yang JNE Junjung

15 Desember 2020   09:09 Diperbarui: 15 Desember 2020   09:12 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahagia adalah ketika bisa membuat orang tersayang tersenyum gembira.

Tahun ini usia ayahku, yang biasa kupanggil Kakung, memasuki 75 tahun. Sebagaimana umumnya para pensiunan, berkumpul dan berbincang bersama orang-orang tersayang merupakan hal yang paling membahagiakan.

Usia lanjut memang identik dengan rasa kesepian. Anak-anak yang telah berkeluarga dan merantau, meninggalnya satu per satu kawan sebaya, serta langkanya teman berbincang yang sepemikiran, membuat mereka seringkali menjadi sulit menemukan kebahagiaan. Bisa jadi hal tersebut juga dialami oleh Kakung.

Sejak mengenal WA, Kakung jadi kerap membagikan video, foto, atau berita. Terlalu sering bahkan, hingga muncul kesan sepertinya Kakung sedang kesepian. Sebagai anak, aku harus bisa memakluminya, dan sebisa mungkin tetap memberi respon bagaimana pun jemunya. Orang tua kita hanya sedang butuh teman bicara, namun sayang jarang yang punya waktu senggang sebanyak mereka.

Itulah kenapa bagi Kakung dan umumnya para orang tua lainnya, momentum Lebaran merupakan saat yang membahagiakan dan paling dinanti. Kapan lagi bisa berkumpul dan bercengkrama bersama seluruh anak-cucunya jika bukan di saat itu.

Namun Lebaran tahun 2020 ini aku dan juga kakak-kakakku tak bisa mudik. Lebih tepatnya tak boleh, mengingat Covid-19 tengah mewabah. Aku pun berpikir, apa kira-kira yang dapat menggantikan kehadiranku agar kebahagiaan Idul Fitri tetap bisa Kakung rasakan meski tanpa kebersamaan dengan anak-cucunya?

Aku jadi teringat suasana gerah di rumah Kakung dan hanya ada kipas angin tua yang teramat renta hingga 'menggeleng' pun sudah tak kuasa. Motor kipasnya pun tak bisa lagi berputar kencang, padahal sudah disetel maksimal. Langsung saja kubuka aplikasi e-commerce langgananku, lalu mencari-cari kipas angin yang bermutu. 

Aku tertarik dengan kipas angin berukuran 18 inchi. Didominasi material dari besi sehingga nampak kokoh. Namun berat barangnya mencapai 11 kilogram. Kubayangkan ongkos kirimnya, pasti mahal. Apalagi barang itu dikirim dari Bandung dengan tujuan alamat rumah Kakung di Jogja.

Benar saja, saat kuperiksa ongkos kirimnya, ternyata semua ekspedisi regular mengenakan tarif di atas 170 ribu rupiah! Wah, ini sih hampir separuh harga kipas angin! Tarif ekspedisi ekonomi pun masih tergolong mahal. Hanya lebih murah 50 ribu rupiah, dan pasti dengan waktu kirim yang lebih lama.

Pandanganku kemudian tertuju pada opsi pengiriman kargo yang direkomendasikan untuk barang dengan berat di atas 5 kilogram. Tampil nama JNE-Trucking (JTR) sebagai satu-satunya ekspedisi yang melayani itu.

Tahukah berapa ongkos kirimnya? Hanya 38 ribu 5 ratus rupiah! Itu pun masih didiskon 5 ribu rupiah subsidi ongkir. Wajahku yang semula muram, seketika berubah cerah. Tak perlu berpikir panjang, aku langsung membeli kipas angin tadi dan memilih JNE-Trucking sebagai kurir pengirimannya.

Dua hari kemudian, Kakung meneleponku. Dengan nada suara yang terdengar bahagia, Kakung mengucapkan terima kasih karena kiriman paket berupa kipas angin telah beliau terima dalam kondisi baik. Beliau bahagia karena meskipun aku tak bisa hadir di Hari Idul Fitri, namun setidaknya ada sosok pengganti yang sama-sama bisa menghadirkan kesejukan di dalam rumah.

Aku bahagia sekaligus terkejut. Bahagia karena Kakung bahagia, tapi terkejut karena paket itu seharusnya baru sampai 2 atau 3 hari yang akan datang. Sebab dari pihak JNE mengestimasi lama pengiriman memakan waktu 4 sampai 5 hari.

Namun faktanya, barang telah tiba di tempat tujuan separuh dari perkiraan waktu tempuh. Luar biasa! JNE telah memberi layanan prima melebihi ekspektasi pelanggannya.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Aku tidak sedang berlebihan memuji JNE. Hanya menceritakan pengalaman nyata yang pernah kualami ketika menggunakan jasanya. Dan kebetulan pengalaman tersebut membahagiakan.

Aku tak menyangkal apabila ada pengguna JNE yang mengalami pengalaman berbeda denganku. Pengalaman yang mungkin kurang nyaman. Jangankan orang lain, aku sendiri pun pernah.

Aku sering membeli makanan basah berupa gudeg dari sebuah restoran terkenal di Jogja. Pengirimannya selalu menggunakan JNE YES, singkatan dari Yakin Esok Sampai. Makanan basah memang mudah basi, karena itulah harus menggunakan ekspedisi khusus agar bisa segera sampai di alamat penerima.

Berkali-kali menggunakan layanan JNE YES, tak pernah terjadi kendala. Paket selalu datang maksimal pukul 2 siang. Sehingga gudeg kesukaanku diterima masih dalam keadaan segar.

Namun beberapa waktu lalu, tak seperti biasanya, paket gudeg yang kubeli belum kunjung datang. Padahal sudah hampir pukul 5 sore. Aku khawatir paket akan datang keesokan harinya. Wah, bakalan basi dong!

Meskipun ada jaminan paket pasti datang maksimal pukul 23:59 dan akan ada ganti rugi apabila tidak ditepati, tetap saja timbul rasa ketidaknyamanan.

Coba bayangkan, ada kurir datang mengetuk pintu rumahmu pada pukul setengah 12 malam hanya demi mengantarkan sepaket gudeg. Tidak lucu kan?

Aku tak mau itu terjadi. Maka segera kutelepon JNE Care untuk menanyakan keberadaan Sang Gudeg tersayang. Keluhanku diterima dengan baik dan ramah oleh petugas, serta direspon dengan cepat dan sungguh-sungguh. Buktinya beberapa saat kemudian, di saat azan maghrib berkumandang, gudeg kesayanganku pun datang.

Aku maklum, meski manajemen JNE sudah bagus, namun kondisi di perjalanan seringkali tidak dapat diprediksi. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi ketika paket sedang dalam perjalanan. Apakah jalanannya lancar atau macet. Apakah armada yang mengantar selamat atau mengalami hambatan, dan banyak hal lain yang di luar kendali.

Maka yang paling utama yang bisa kita nilai dari suatu perusahaan ekspedisi adalah kesungguhan dalam menjaga komitmen, serta rasa tanggung jawab apabila komitmen yang disepakati gagal dipenuhi. Dan nilai yang paling utama itu telah terbukti selalu dijaga oleh JNE sehingga bisa 30 tahun tetap eksis, bahkan menjadi perusahaan ekspedisi terbesar di Indonesia.

Tak hanya itu, banyak yang belum tahu bahwa JNE ternyata memiliki filosofi utama spiritual dalam menjalankan perusahaan. Filosofi utama spiritual tersebut ada 3, yaitu Menyantuni, Memberi, dan Menyayangi. Pantas saja sering terdengar kabar JNE mengadakan kunjungan ke panti-panti asuhan. Rupanya itu dilakukan demi memenuhi ketiga filosofi tadi. Maka jangan heran jika JNE bisa menjadi besar. Itu karena tak lepas dari doa para anak yatim yang sering mereka santuni.

Aku mengikuti akun Instagram resmi JNE, dan sangat terkesan dengan seringnya JNE mengadakan giveaway dengan hadiah yang tergolong besar. Bahkan untuk merayakan ulang tahun yang ke 30 tahun ini, JNE mengadakan kompetisi yang tidak hanya bisa diikuti oleh karyawan JNE saja. Masyarakat umum serta rekan-rekan wartawan juga dapat ikut serta.

Soal hadiah, tak perlu diragukan lagi besarnya. Total ratusan juta! Ini menjadi bukti bahwa JNE sangat menjunjung filosofinya yang agung itu melalui tindakan nyata. JNE telah memahami inti dari filosofi agung yang dianutnya itu bahwa segala hal yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri. Jika kita memberi, maka kita akan diberi. Jika kita menyayangi, kita pun akan disayangi. Dan jika kita berbagi kebahagiaan, maka kita pun akan bahagia.

Selamat ulang tahun, Jalur Nugraha Ekakurir...

Terima kasih telah menjadi penghubung kebahagiaan antara aku dan Kakung.

Teruslah berbagi kebahagiaan dengan kasih sayang dan ketulusan.

JNE 3 Dekade Bahagia Bersama

#jne #jne30tahun #connectinghappines #30tahunbahagiabersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun