Persoalan lainnya adalah harga kedelai yang kurang menarik dibanding komoditas lain, adanya anggapan kedelai hanya menjadi tanaman sela dalam sistem budidaya, pemasaran yang kurang terjamin, kurangnya modal petani serta belum berkembangnya kelembagaan dan kemitraan agribisnis kedelai.
Selain masalah dari dalam, Departemen Pertanian juga mengidentifikasi kendala dari luar seperti kebijakan impor yang tidak dibatasi dalam Bea Masuk 0%, semakin berkurangnya ketersediaan lahan produksi akibat alih fungsi lahan, berkurangnya ketersediaan air irigasi dan persaingan penggunaan air dengan industri dan pemukiman dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Jika menyimak kajian Departemen Pertanian tentang masalah yang dihadapi, maka sesungguhnya pemerintah sudah mempunyai arahan untuk bergerak dan bertindak mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada petani kedelai. Ini memerlukan "political will" yang kuat agar negeri kita tak terjajah oleh produk-produk impor.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika banyak kebutuhan kita kini dipenuhi dari barang-barang impor, mulai dari mainan anak-anak, gunting sampai celana kolor. Bahkan beras dan gulapun kita mengimpor.
Tanpa "political will" yang kuat, mustahil Departemen Pertanian mewujudkan target peningkatan produktifitas kedelai sebesar 1,5 ton/ha ditingkat petani, dan produksi kedelai sebesar 1,9 juta ton pada 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H