Mohon tunggu...
Marthince
Marthince Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teruslah melangkah, meski langkahmu terasa berat. Kegigihanmu akan membawa cahaya di ujung perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pahit Menunggu

24 Januari 2024   04:21 Diperbarui: 24 Januari 2024   04:25 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pahit menunggu, waktu terasa berjalan lambat, Seperti secangkir kopi yang terasa tanpa gula. Mimpi-mimpi berkisar di dalam kegelapan, Menanti cahaya yang mungkin datang suatu saat.

Menunggu adalah rasa getir yang meresap, Seperti rindu yang membakar di malam sunyi. Ketidakpastian menggoreskan luka di hati, Namun, kita bertahan dalam harap yang tegar.

Seiring waktu berlalu, sabar jadi teman, Menunggu bukanlah akhir dari segalanya. Pahitnya menanti, melahirkan kekuatan, Sebuah pelajaran dalam perjalanan hidup yang panjang.

Meski pahit menunggu, tetaplah berdiri, Hanya dalam kesabaran, kita menemukan keajaiban. Tiap detik yang dilewati membawa hikmah, Dan setiap pahit menunggu, menuju keindahan yang tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun