Mohon tunggu...
Marthince
Marthince Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teruslah melangkah, meski langkahmu terasa berat. Kegigihanmu akan membawa cahaya di ujung perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawar Hitam

23 Januari 2024   16:16 Diperbarui: 23 Januari 2024   16:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di malam yang sunyi, mawar hitam bersemi, Bayangan kelam, di bawah cahaya rembulan gemilang. Duri tajamnya, menyembunyikan rahasia gelap, Cinta yang terlarang, dalam keheningan malam.

Mawar hitam, simbol keabadian kesedihan, Di antara kelopaknya, kisah pilu terukir abadi. Merah yang pudar, menjadi hitam legam, Seperti hati yang tersakiti, dalam keteduhan malam.

Mawar hitam, simbol keabadian kesedihan, Di antara kelopaknya, kisah pilu terukir abadi. Merah yang pudar, menjadi hitam legam, Seperti hati yang tersakiti, dalam keteduhan malam.

Takdirnya terlipat, seperti daun mawar yang layu, Mengisahkan perpisahan, di setiap kelopak yang gugur. Mawar hitam, senandung kerinduan yang terlarang, Dalam puisi gelap, mengalir getirnya waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun