Mohon tunggu...
Maria Theressa
Maria Theressa Mohon Tunggu... Guru - Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata. Akun twitter : @hommel_edu

Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Transformasi Mental Bangsa Melalui Ruang Publik

29 September 2015   10:08 Diperbarui: 29 September 2015   10:48 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu elemen pemersatu sebuah bangsa yang terkenal akan kemajemukannya yaitu komunikasi.  Bangsa yang masyarakatnya memiliki gaya berkomunikasi yang baik, akan mampu mengatasi perbedaan-perbedaan dalam struktur masyarakat yang majemuk.  Hal ini sesuai dengan semangat musyawarah untuk mufakat yang diwarisi oleh para leluhur bangsa Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, alih-alih berkomunikasi lewat tatap muka, orang-orang cenderung lebih sering berkomunikasi menggunakan gadget masing-masing.  Tidak dipungkiri lagi, gaya hidup ini mengarahkan masyarakat menjadi lebih individualis.  Sudah banyak meme atau video-video yang diunggah di dunia maya guna menyindir fenomena ini.  Faktanya, kebiasaan berkomunikasi lewat dunia maya tidak membuat seseorang mampu berkomunikasi secara efektif di dunia nyata. Bagaimana sebuah bangsa bisa kokoh, jika untuk berkomunikasi saja, masyarakatnya hanya bisa “tergagap-gagap” berkomunikasi di dunia nyata, namun “lancar” saat menggunakan gadget ?

 

Habitat yang dinamis tercipta karena ada relasi yang nyata antara komponen-komponen yang hidup di dalamnya.  Ruang publik merupakan wadah yang mempertemukan individu-individu yang berbeda untuk tujuan yang serupa.  Sebuah ruang publik merupakan tempat titik temu para individu guna memperoleh ruang alternatif untuk rileks sejenak dari aktivitas rutinnya.  Ruang publik seharusnya memfasilitasi masyarakat untuk menikmati lingkungan di sekitarnya, alih-alih membuatnya hanya terpana pada layar gadget saja.  

Ruang publik membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan orang-orang baru yang mereka temui di sana.  Komunikasi pun bisa dimulai dari membicarakan hal-hal yang terkesan biasa, seperti cuaca hari ini, atmosfir politik, tempat makan yang enak, hingga obrolan yang lebih serius.  Masyarakat jadi memiliki wawasan yang lebih luas dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi di dunia nyata.

Ruang publik yang lazim terdapat di wilayah perkotaan biasanya berupa taman kota.  Dari segi fungsinya, selain sebagai tempat rekreasi,  taman kota juga berfungsi sebagai “paru-paru hijau” yang mereduksi gas karbondioksida di udara. 

"Suatu wilayah yang memiliki ruang hijau akan memberikan dampak positif pada kesehatan mental masyarakatnya"

(Hasil penelitian tim peneliti Pusat Eropa untuk Lingkungan dan Kesehatan Manusia di Universitas Exeter Inggris pada tahun 2015)

Menurut Rustam Manan, dosen Tetap Program Studi Arsitektur Lansekap Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan (FALTL) Universitas Trisakti pada tahun 2013, ruang hijau yang ideal seharusnya mencakup 30% dari luas suatu wilayah.  Ruang hijau terbagi dalam dua kategori.  Kategori pertama yaitu Ruang Terbuka Hijau Lindung (biasanya berupa , hutan lindung, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau, dan lain sebagainya).  Kategori kedua yaitu Ruang Terbuka Hijau Binaan.  Taman kota masuk dalam kategori ini.  Taman kota biasanya merupakan proyek binaan pemerintah atau swasta.

Taman kota sebagai proyek binaan pemerintah maupun swasta, seharusnya ditata sedemikian rupa guna memenuhi fungsinya sebagai ruang publik.  Namun sayangnya,  tidak semua lapisan masyarakat dapat menikmati taman kota sesuai dengan faedahnya.  Definisi ruang publik yang diberikan PBB yaitu sebuah tempat yang disediakan pemerintah untuk dinikmati  masyarakat secara cuma-cuma tanpa mengambil keuntungan.  Kenyataannya, ada saja oknum-oknum masyarakat tertentu yang menggunakannya untuk mencari keuntungan semata dan mengabaikan faktor kenyamanan para pengunjung yang lain.  Parahnya lagi, hal ini dibiarkan selama bertahun-tahun.  Akibatnya, beberapa taman kota gagal memenuhi fungsinya menjadi ruang publik yang diminati masyarakat.  Alih-alih menjadi lokasi yang membuat rileks, taman kota di beberapa wilayah tertentu justru menjadi lokasi kumuh tempat berkumpulnya para pedagang yang menjajakan dagangannya secara semrawut.

Tingkat stres masyarakat kota yang hidup di wilayah yang ruang publiknya yang kurang memadai, akan meningkat.  Gaya hidup individualis semakin marak.  Masyarakat menjadi semakin “bodoh” dalam berkomunikasi.  Kata-kata makian meluncur dengan mudahnya ketika terjadi  hal-hal yang sangat sepele.  Masyarakat cenderung menjadi terlalu sensitif.  Alih-alih mengharapkan terjalinnya persatuan bangsa, masyarakat perkotaan justru mudah “tergesek” saat ada orang-orang yang tidak bertanggungjawab mulai memanfaatkan isu-isu yang beredar melalui aksi provokasi.

Ruang publik yang memadai berpotensi menjadi elemen penting dalam mempersatukan bangsa, terutama untuk mentransformasi mental bangsa dalam berkomunikasi.  Hal ini karena ruang publik merupakan bagian nyata dari habitat hidup masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan yang memiliki kompleksitas tinggi.  Ada bukti dalam penelitian yang dilakukan Universitas Exeter (Inggris) yang menunjukkan bahwa orang yang tinggal di wilayah dengan banyak ruang hijau lebih sedikit mengalami stres.  Orang yang sedikit merasakan stres cenderung dapat membuat keputusan yang masuk akal dan berkomunikasi dengan secara lebih baik.  Bangsa yang penduduknya sedikit mengalami stres tentulah akan menghasilkan bangsa yang lebih maju dan produktif dalam membangun negara. Perlu lebih banyak dibangun ruang hijau sebagai ruang publik di wilayah perkotaan.

Sayangnya, belum semua ruang publik diolah fungsinya secara maksimal.  Ruang publik yang bermasalah justru akan berpotensi untuk menimbulkan efek domino pada eksistensi bangsa.  Jika ingin mewujudkan bangsa yang bermental optimis dan mampu berkomunikasi dengan baik, maka fasilitasilah masyarakatnya dengan ruang publik yang memadai.  Apabila tingkat stres masyarakat bisa dikurangi, maka  mewujudkan bangsa yang ramah dan cerdas berkomunikasi bukanlah mimpi. 

Sudah waktunya, pemerintah memberikan perhatian khusus untuk mengatur ruang publik yang memenuhi fungsinya.  Perlu diadakan pengawasan yang teratur dalam menjaga ketertiban para pedagang yang mengais rejeki di sekitar ruang publik.  Ruang publik pun perlu ditata untuk mengapresiasi sisi kreatif masyarakat.  Perlu disediakan ruang untuk pertemuan komunitas tertentu, panggung pertunjukkan seni, ruang bermain anak-anak, dan juga tempat olahraga yang memadai.

Berdasarkan pengalaman saya mengunjungi beberapa ruang publik di wilayah perkotaan, saya menjatuhkan pilihan di area taman Central Park Mall di bilangan Jakarta Barat sebagai ruang publik favorit saya.  Kondisi taman yang teratur dan terawat rapi, menjadi daya tarik sendiri buat saya.  Di sana, saya tidak pernah menemukan ada setumpuk sampah berserakan.  Meski lokasinya tepat berada di hiruk pikuknya kota, saya berani menghirup napas dalam-dalam untuk menikmati oksigen yang berasal dari pepohonan yang ditanam di sana.  Saya betah berlama-lama ada di sana hanya sekedar duduk menikmati bunyi air kolam yang dipenuhi ikan koi sambil mengamati aktivitas orang-orang yang lalu-lalang di sana.  Ada yang sekedar berjalan menyusuri jalan setapak yang dirancang membelah hamparan rumput, atau ada juga yang hanya sekedar bercengkrama di kursi taman.  Jika beruntung, saya juga bisa menikmati pertunjukkan kreatif dari komunitas-komunitas tertentu.

 

Sayangnya, lokasi taman yang berada di dalam pusat perbelanjaan membuat ruang publik ini terkesan kurang membumi.  Hanya masyarakat dari kalangan menengah ke atas saja yang kebanyakan mengunjungi tempat ini.  Belum lagi jika ingin menikmati aneka jajanan yang dijajakan di sekitarnya, kita perlu merogoh kantong jauh lebih dalam. 

Dari segi kenyamanan, model taman kota seperti inilah yang perlu dijadikan percontohan.  Hal terpenting dalam mewujudkan taman kota sebagai ruang publik yang memadai bukanlah luas areanya, melainkan perawatan dan pengawasan secara berkelanjutan oleh pemerintah daerah.  Ruang publik berupa taman kota perlu lebih banyak dibangun di lokasi-lokasi yang tingkat tekanan hidupnya cukup tinggi, misalnya di perumahan yang padat penduduknya atau wilayah perkantoran. 

Idealnya, pemerintah daerah perlu memetakan lokasi taman kota di beberapa wilayah.  Mengacu pada pernyataan Rustam Manan, dalam suatu wilayah seharusnya sekitar 30% dijadikan sebagai ruang hijau.  Ruang hijau pun perlu ditata untuk menyediakan ruang berkreasi dan apreasiasi seni tradisional masyarakat.  Ruang publik yang memadai akan menciptakan bangsa yang peduli dengan lingkungan sekitarnya.  Meski terlihat sepele, eksistensi ruang publik berpotensi untuk mentransformasi mental anak bangsa di masa yang akan datang.

 

Referensi:

https://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau/

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/01/150116_iptek_stres_tidakbisaempati

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/01/manfaat-ruang-terbuka-hijau-untuk-kesehatan 

 

Sumber Gambar:

http://irfanngk.web.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/21710/2015/09/dulu-sekarang.jpg

http://jancok.com/klik/455/ 

https://jakartayuk.wordpress.com/2014/12/14/taman-di-central-park-mall/

http://otomobilbekas.blogspot.co.id/2012_04_01_archive.html

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun