Mohon tunggu...
Reni Marthauli
Reni Marthauli Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga Yang Suka Membaca dan Menulis

Simple Woman

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Merananya Transportasi Massal Di Jakarta

27 Mei 2014   19:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:03 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_325950" align="aligncenter" width="480" caption="Monorail | sumber foto jakartamonorailcom"][/caption]

Jakarta merupakan ibu kota Negara Indonesia dengan berpenduduk terpadat dari kota-kota besar lainnya di wilayah Indonesia bahkan merupakan salah satu kota terpadat didunia. Jumlah penduduk yang kian bertambah hingga Jakarta menjadi pusat perkenomian dimana orang berbondong-bondong mengharapkan dengan kerja di Jakarta bisa memperbaiki perekonomian keluarganya.


Seiring pesatnya pertumbuhan ledakan penduduk di Jakarta mempengaruhi layanan infrastruktur yang tidak memadai, merananya sarana transportasi massal yang belum memuaskan warga Jakarta hingga timbul kemacetan hampir disemua titik.  Sangat prihatin memang dan saya mengalami sendiri ketika menjalani rutinitas sehari-hari pulang pergi melintasi jalan yang selalu macet, jarak tempuh yang seharusnya membutuhkan waktu setengah jam atau paling lambat satu jam namun ini memakan waktu dua hingga tiga jam.

Hal ini tentu tidak efisien dan sangat merugikan waktu, ini seperti jarak waktu Jakarta – Bandung, cape lelah, belum lagi desak desakan, menunggu lama angkutan datang, dan sering terpaksa memaksa menyelinap meskipun berdiri di pintu, ini sering saya alami. Rasanya sedih dan ingin menjerit waktu itu, rasa kesal ketika ingat para pejabat yang gajinya uang dari rakyat namun mereka enak-enakan duduk di mobil mewah dengan kursi empuk dan nyaman sejuknya AC. Dalam hati selalu bertanya, apakah mereka (para pejabat pemerintah) selalu memperhatikan orang seperti saya yang memperjuangkan gaji yang tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang habis sia-sia di jalan? Pergi pagi buta pulang larut malam karena lama nunggu kendaraan umum dan belum lagi kemacetan yang parah disetiap titik.

Saya selalu teringat ketika saya dan bahkan dari anda juga pernah mengalaminya, seorang perempuan pulang kerja pukul Sembilan malam, menunggu bis sudah lama dan ketika datang sudah penuh berjejal penumpang itupun lari berebut sama penumpang lain agar bisa terbawa, ngeri jika membayangkan hal itu, bagaimana jika jatuh atau terpelesat ketika hendak naik tangga bis sedangkan bis terus melaju meskipun dengan kecepatan rendah tetapi itu membahayakan buat perempuan, tidak ada pilihan lain itu alasannya jika menunggu bus kosong pada jam malam rasanya mustahil dan hanya buang-buang waktu.

Sedih ketika melihat kendaraan  pribadi (mobil) melintas dengan hanya berpenumpang satu atau dua orang saja, kesadaran warga untuk beralih ke transportasi massal belum diterapkan mungkin berbagai alasan dengan faktor merananya transportasi massal yang ada di Jakarta. Berbeda dengan Negara-negara maju lainnya dengan infra struktur yang sangat diperhatikan demi kepentingan bersama.

Nah, bagaimana dengan Indonesia yang kabarnya akan memiliki Monorail? Sebuah kabar yang menunggu kepastian untuk teralisasinya transportasi massal yang diharapkan bisa membantu mengurangi kemacetan Jakarta. Jujur saya tidak tahu tentang permasalahan alotnya pembangunan Jakarta Monorail, ketika kompasiana mengadakan acara Nangring bareng PT, Jakarta Monorail, saya langsung tertarik ingin menyimak pembahasan seputar Monorail.

[caption id="attachment_325953" align="aligncenter" width="468" caption="Tiang Monorail | Sumber foto megapolitan kompascom"]

14011668571658711893
14011668571658711893
[/caption]

Monorail yang  telah direncanakan sejak tahun 2004 hingga sekarang memasuki tahun 2014 belum menemukan titik temu kejelasan surat keputusan Ijin Mendirkan Bangunan , sulitnya birokrasi pemerintah untuk bekerjasama dengan pihak swasta itu salah satu yang menyebabkan proyek terhambat. Jika melintasi arah Kuningan Rasuna Said Jakarta Pusat, sudah berdiri pilar-pilar untuk lintasan monorail yang seolah terbengkalai pengerjaannya. Tidak ada kepastian dari pemerintah padahal pihak swasta telah mengajukan proposal serta desain yang harus dikaji dan dipikirkan bahwa Indonesia khususnya warga Jakarta membutuhkan sarana transportasi massal yang efisien.

Mendengar penjelasan dari Bpk Jhon  Aryananda selaku Dirut PT. Jakarta Monorail yang menjelaskan bahwa Monorail sangat memperhatikan kepentingan publik, artinya Monorail bukan hanya untuk kalangan menengah ke bawah saja tetapi justru untuk kalangan menengah ke atas juga supaya mau beralih ke sarana transportasi massal, JET Monorail termasuk sarana transportasi massal sangat berbeda dengan monorail wisata yang beroperasi di Sydney, Kuala Lumpur atau Singapura dan monorail-monorail lain yang digunakan di beberapa taman hiburan  serta di desain senyaman mungkin dan berbeda dengan  transportasi umum lainnya.

Ketika mendengar dan membaca pembahasan tentang monorail Jakarta, selintas saya membayangkan akankah permasalahan saya sebagai pengguna transportasi umum dengan pengalaman yang menyedihkan seperti yang telah saya tulis diatas bisa terpecahkan solusinya?  Jika  memang benar  JET Monorail akan memiliki dua jalur (Blue Line & Green Line) dimana masing-masing memiliki dua rel yang bergerak ke arah berlawanan dan setiap rangkaian monorail rata-rata terdiri dari enam gerbong berkapasitas 208 penenumpang dan memiliki jadwal perjalanan berupa satu rangkaian kereta akan tiba di stasiun setiap  3-5 menit (20 trip/jam) dengan waktu operasional minimal sebanyak 15 jam/hari (pukul 06.00-21.00), artinya rata-rata satu rangkaian monorail akan mampu mengangkut 1.248 orang, dan diperkirakan potensi angkut monorail mencapai 600.000 penumpang per hari, bahkan mencapai 59.904 penumpang per jam pada saat jam padat.

Jika di pikir secara logika, saya setuju kalau Monorail merupakan transportasi yang efisien dalam segi waktu. Seperti yang kita ketahui melalui pengalaman pribadi atau cerita orang yang selalu mengeluhkan minimnya sarana transportasi di Jakarta baik di sosial media atau ketika berada dalam angkutan umum yang bercerita dengan penumpang lainnya, dan bahkan istilah trend nya “tua di jalan”, setiap hari waktu kita habis tersita akibat kemacetan dan menunggu kendaraan tiba.

Analisis menurut saya keuntungan dari Monorail Jika benar terealisasi:


  1. Hemat waktu sudah pasti.
  2. Hemat tenaga dan menghemat Bahan Bakar, bayangkan jika kendaraan pribadi dengan hanya bepenumpang satu atau dua orang saja setiap hari diisi dan kalau saya pikir sangat disayangkan dan pemborosan.
  3. Dengan Monorail, setidaknya mengurangi polusi karena memakai tenaga listrik, emisi karbon yang dihasilkan lebih rendah
  4. Indonesia yang terus berkembang pesat perekonomiannya dan ini harus kita antisipasi mulai dari sekarang mengingat populasi jumlah penduduk yang terus meningkat dan otomatis Indonesia membutuhkan sarana transportasi massal yang memadai.
  5. Adanya pemerataan keseimbangan antara kalangan menengah kebawah dan menengah keatas hingga tidak mencolok antara si miskin dan si kaya, kenapa saya berkata demikian? Karena Indonesia terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya akan tetapi semua itu tidak bisa dirasakan oleh semua warga Negara Indonesia. Hingga terlihat kesenjangan yang kontras terlihat, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin terlindas.

Harapan saya Jika Monorail sudah berjalan:


  1. Kesadaran diri untuk beralih ke transportasi massal demi kepentingan bersama.
  2. Kita sebagai masyarakat yang bertanggung jawab untuk ikut merawat kepentingan publik agar tidak merusak dan disiplin serta tertib mengikuti peraturan yang ada.
  3. Harga tiket yang relatif terjangkau agar semua masyarakat Indonesia bisa merasakan layanan publik yang aman dan nyaman.

Sebagai masyarakat biasa, saya hanya bisa bermimpi dan berharap agar Indonesia khususnya Jakarta sebagai Ibu kota Negara Indonesia mempunyai layanan publik yang bisa mengatasi solusi kemacetan seperti Negara-negara lain yang sudah berkembang.

Akankah Monorail Jakarta bisa trealisasi di tahun 2017 mendatang? Semua tergantung pada pemerintah agar tidak terus menggantungkan proyek pembangunan monorail yang sudah direncanakan  sejak tahun 2004, jika terus ditunda hal ini akan memakan biaya yang sangat mahal dan pasti membebani rakyat.

Jadi proyek Jakarta Monorail ini persoalan infrastruktur atau politik? Saya sebagai masyarakat awam permasalahan ini menurut pendapat saya tidak adanya kepercayaan terhadap pihak yang mengajukan hingga membiarkan masalah pembangunan ini terus tertunda menunggu surat perijinan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), seperti Maura alias mau mau ora ora antara (mau dan tidak). Padahal Jakarta Monorail tidak hanya memperhatikan layanan publik saja tetapi infrastruktur juga tutur Bpk Lukas Hutagalung selaku Konsultan Bidang Infrastruktur.

Sumber : Kompasiana Nangkring & jakartamonorail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun