Mohon tunggu...
marthaintansari
marthaintansari Mohon Tunggu... mahasiswa

sangat suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bisikan Dilorong Masjid: Menyikapi Hadits Tentang Bercakap-cakap di Masjid

3 Desember 2024   06:11 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:12 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 JUDUL

BISIKAN DILORONG MASJID

Dengan Menyungsung Tema Mengenai: Menyikapi Hadits tentang Bercakap-cakap diMasjid

 

Sinopsis:

 

Cerita berlatar belakang sebuah masjid tua yang megah di tengah kota.  Tokoh utamanya adalah seorang anak muda bernama Fahri, yang dikenal aktif di kegiatan masjid, namun terkadang lalai dalam menjaga kesopanan bertutur katanya.  Ia sering bergurau keras dengan teman-temannya di serambi masjid, bahkan sesekali berteriak memanggil teman-temannya saat adzan berkumandang.  Perilaku Fahri ini membuat beberapa jemaah merasa terganggu, terutama Ibu Aminah, seorang nenek yang rajin sholat di masjid tersebut.

                                                                                                                    ****

Masjid Al-Barokah berdiri megah di tengah hiruk pikuk kota.  Arsitekturnya yang klasik dan kokoh menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan semangat keimanan para jemaah. Di antara jemaah yang rajin, ada Fahri, pemuda enerjik yang aktif dalam berbagai kegiatan masjid. Namun, Fahri memiliki satu kelemahan: ia seringkali lalai menjaga kesopanan bertutur katanya di masjid.  Suara tawanya yang lantang dan candaannya yang keras kerap menggema di serambi masjid, bahkan terkadang ia memanggil teman-temannya dengan berteriak saat adzan berkumandang.

Ibu Aminah, seorang nenek yang khusyuk dan selalu tepat waktu dalam setiap sholat, seringkali merasa terganggu dengan perilaku Fahri. Ia adalah sosok yang sangat menghargai kesucian masjid.  Ia melihat Fahri sebagai anak yang baik hati, namun kurang memahami adab di tempat suci.

 

Suatu malam, setelah sholat Isya, Ibu Aminah menghampiri Fahri.  Dengan lembut, ia berkata, "Nak Fahri, Ibu ingin bercerita sedikit."  Fahri yang awalnya terkejut, mengangguk patuh.  Ibu Aminah kemudian menceritakan kisah-kisah para ulama terdahulu yang sangat menjaga adab di masjid.  Ia menggambarkan bagaimana mereka berbicara dengan suara yang lembut, menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, dan selalu menghormati jemaah lain.

 

"Masjid ini, Nak, adalah rumah Allah.  Tempat suci yang harus kita hormati.  Suara keras dan canda tawa yang berlebihan bisa mengganggu kekhusyukan ibadah orang lain.  Bayangkan, jika kita sedang khusyuk berdoa, tiba-tiba diganggu oleh suara-suara yang riuh, bagaimana perasaan kita?"  kata Ibu Aminah dengan nada yang penuh hikmah.

 

Fahri terdiam, wajahnya memerah.  Ia merasa malu dan sedikit tersinggung, namun ia juga menyadari kebenaran kata-kata Ibu Aminah.  Ia belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya.  Ia selalu bersemangat dalam kegiatan masjid, namun lalai dalam menjaga adab dan kesopanan.

 

Ibu Aminah melanjutkan, "Menjaga kesopanan di masjid bukan hanya soal menjaga suara kita, Nak.  Itu juga tentang menjaga hati dan lisan kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat.  Berbicara yang baik, menebar kebaikan, dan menghormati sesama jemaah adalah wujud penghormatan kita kepada Allah SWT dan sesama muslim."

 

Setelah mendengarkan nasihat Ibu Aminah, Fahri merenungkan kesalahannya.  Ia menyadari bahwa kesucian masjid harus dijaga dengan sebaik-baiknya.  Ia berjanji akan mengubah perilakunya dan menjadi contoh yang baik bagi teman-temannya.

                                                             

                                                                                                                     ****

 

Keesokan harinya, Fahri datang ke masjid lebih awal.  Ia membersihkan halaman masjid dan menata tempat wudhu dengan rapi.  Ia juga mengajak teman-temannya untuk menjaga kesopanan dan bertutur kata yang baik di masjid.  Mereka mulai berbicara dengan suara yang lebih pelan, menghormati jemaah lain yang sedang beribadah.  Suasana masjid pun menjadi lebih khusyuk dan nyaman.

 

Sejak saat itu, Fahri berubah menjadi pribadi yang lebih baik.  Ia selalu menjaga kesopanan dan adabnya di masjid, baik dalam bertutur kata maupun perilaku.  Ia menyadari bahwa menjaga kesucian masjid adalah tanggung jawab setiap muslim.  Kisah Fahri menjadi teladan bagi teman-temannya dan jemaah lainnya untuk selalu menjaga kesopanan dan adab di tempat ibadah.  Bisikan-bisikan lembut kebaikan kini menggema di lorong-lorong Masjid Al-Barokah.

                                                                                                                          ****

Amanat:

Cerita ini menekankan pentingnya menjaga kesopanan dan adab dalam lingkungan masjid sebagai tempat suci dan ibadah.  Perilaku yang tidak sopan, meskipun terlihat sepele, dapat mengganggu kekhusyukan ibadah orang lain dan menodai kesucian tempat tersebut.  Menjaga lisan dan perilaku merupakan wujud penghormatan kepada Allah SWT dan sesama muslim.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun