b. Keinginan untuk reputasi atau rasa hormat dari orang lain (misalnya, status, prestise).
Contoh di dunia pendidikan, siswa dapat dilibatkan di dalam kepanitiaan atau OSIS, tidak menegur siswa di depan umum, dan sebagainya.
5. Self-Actualization (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
Dalam tahap ini, manusia memiliki keinginan untuk tumbuh sebagai pribadi. Tahapan ini mencakup moralitas, kreativitas, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Kita sebagai guru dapat membantu siswa mencapai tahapan puncak ini, yaitu memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah potensi yang dimilikinya, melibatkan siswa dalam kegiatan self-expressive dan kreatif, dan lainnya.
Jika empat tahapan bawah telah terpenuhi, seseorang cenderung mencari pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi lagi yang disebut aktualisasi diri. Maslow mencatat bahwa urutan kebutuhan dapat fleksibel berdasarkan keadaan eksternal atau perbedaan individu.
Setiap orang memiliki keinginan untuk menuju tingkat aktualisasi diri. Sayangnya, hal ini sering terganggu oleh kegagalan untuk memenuhi tingkatan yang lebih rendah, contohnya seperti PHK, perceraian, kurangnya perhatian, pendidikan yang rendah, dan lainnya. Oleh karena itu, tidak semua orang akan bergerak melalui hierarki secara satu arah tetapi dapat bergerak bolak-balik di antara berbagai jenis kebutuhan.
Teori Maslow pun berkembang. Jadi ada tambahan tiga tingkatan kebutuhan, yaitu kebutuhan kognitif seperti pengetahuan, eksplorasi. Kemudian, kebutuhan estetis, yang berhubungan dengan keindahan, termasuk juga keindahan tubuh secara fisik. Ketiga adalah kebutuhan transendensi atau pengalaman spiritual.
Kelebihan teori ini adalah semua orang bisa memahami teori ini dengan mudah, memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (materiil dan non-materiil) dan bentuknya bertingkat, relevan di semua bidang kehidupan, dan juga dapat meningkatkan motivasi seseorang.Â
Sedangkan kekurangan dari teori Maslow adalah tidak semua orang berpikir dengan cara yang sama, sulit untuk diukur karena kepuasan setiap orang berbeda, dan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H