Peningkatan mutu pendidikan di beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Blitar mulai terlihat jelas. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah setempat, melalui dinas pendidikan dan sekolah-sekolah, untuk mengadopsi modul-modul USAID PRIORITAS secara mandiri.
Hasil positif sekolah mitra USAID PRIORITAS melalui prestasi akademik maupun tata kelola manajemen dianggap penting untuk dipraktikkan secara luas di Kabupaten Blitar. Tak ayal, kunjungan sekolah dari kabupaten, baik dalam maupun luar provinsi, juga semakin banyak.
Terhitung sudah tiga tahun sejak 2012, USAID PRIORITAS bekerja sama dengan Pemkab Blitar. Selama itu, pengembangan program atau diseminasi telah dilakukan melalui dana mandiri atau APBD. Namun, kelemahan diseminasi model lama adalah membludaknya peserta sehingga kualitas materi menjadi sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Apalagi guru-guru yang berminat untuk dilatih tidak saja terbatas pada lima mata pelajaran (IPA, IPS, matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia) yang biasanya disampaikan di pelatihan fasilitator daerah (fasda) USAID PRIORITAS. Guru mata pelajaran lainnya pun ingin mengikuti pelatihan.
“Lima mapel saja untuk dipelajari secara serentak juga tidak memungkinkan. Maka, kami membuat strategi baru tentang diseminasi melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau MGMP,” papar Drs Agus Dwiputranto MPd, fasda dan fasprov USAID PRIORITAS untuk pembelajaran matematika.
Kegiatannya merupakan pengamatan terhadap penerapan pembuatan skenario, dan pembuatan lembar kerja. Termasuk pula pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa aktif secara individu maupun kelompok, serta klasikal secara personal maupun diskusi.
Sewaktu Agus mempraktikkan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS untuk mapel matematika pada siswa kelas VIII SMPN 1 Wlingi, peserta MGMP bertindak sebagai pengamat dan pendamping siswa.
Selaku pengawas mapel matematika, Agus juga mengingatkan peserta agar terus berusaha melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik. Di antaranya berupa menyusun dan melaksanakan program, mengevaluasi, dan menganalisis. Tidak lupa membuat dan melaksanakan program remidi atau pengayaan dengan baik.
Banyaknya kebutuhan diseminasi itu kemudian mendorong Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar untuk menyusun fasda lapis dua yang dilatih oleh fasda USAID PRIORITAS. Bersama-sama mereka memberikan pelatihan-pelatihan melalui MGMP, baik MGMP tingkat kabupaten maupun MGMP tingkat sekolah (MGMPS).
Setiap MGMP kabupaten terbagi dalam empat pusat (barat, timur, selatan, dan utara). Satu area pusat didukung satu fasda USAID PRIORITAS dan beberapa fasda lapis dua. Penyampaian unit latihan dilakukan setiap pertemuan MGMP. Modul 1 dan 2 rata-rata membutuhkan enam kali pertemuan, tetapi belum termasuk praktik mengajar.
Sementara MGMPS lebih detail lagi pelaksanaannya. Kepala sekolah dapat mengundang fasda dan memanfaatkan guru inti yang ada di sekolah tersebut untuk memberikan pelatihan MGMPS untuk mapel yang lain. Sedangkan guru lima mapel inti lebih fokus pada Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) dan temuan masalah dalam pembelajaran.
Model pendekatan MGMP ini membuat guru merasakan manfaat belajar bersama. Persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran bisa didiskusikan dan diperoleh solusi dengan mempraktikkan unit-unit dalam modul.
“MGMP kali ini benar-benar luar biasa. Kami belum pernah menerima materi seperti ini yaitu mengelola pembelajaran efektif, adanya pertanyaan tingkat tinggi, atau penilaian autentik,” kata Supratikno, guru matematika di SMPN 2 Talun, Kabupaten Blitar.
Dia juga merasa puas sebab pengawas sekolahnya memberikan contoh praktik mengajar sehingga para guru bisa melihat langsung langkah-langkah pembelajaran yang baik. Di samping itu, mereka dibimbing dan didampingi menyusun kegiatan inti atau skenario pembelajaran agar dapat membuat RPP sendiri. “Ternyata pembelajaran menjadi mudah dan RPP bukan lagi sesuatu yang menakutkan,” imbuh Supratikno.
Sejauh ini, sebanyak 739 guru dari lima mapel se-Kabupaten Blitar telah dilatih modul 1-2 melalui MGMP. Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar juga menyikapi perkembangan ini dengan serius melalui alokasi anggaran APBD sebesar Rp 300 juta untuk penguatan MGMP di tahun anggaran 2016, serta menjadikan satu kegiatan MGMP dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
Dalam pengembangan peningkatan mutu pembelajaran, Dindik Kabupaten Blitar tidak hanya menganggarkan kebutuhan dana diseminasi. Namun juga terlibat dalam tim monitoring dan evaluasi bersama BAPPEDA. Dengan adanya keterlibatan banyak pihak, semoga pendidikan bermutu dan menyenangkan bisa diwujudkan. (tryana/ida)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H