Masalah karakter merupakan salah satu problem yang selalu menjadi perhatian setiap bangsa, baik dalam sebuah negara maju maupun negara yang sedang berkembang terlebih negara negara yang terbelakang. Musik modern memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari, baik sebagai sarana hiburan maupun sebagai alat ekspresi diri. Namun, seiring dengan perkembangannya yang pesat, muncul pula tantangan terkait nilai karakter dalam musik.
Musik merupakan hasil dari pemikiran dan proses kreatif. Karya musik diciptakan melalui ide baru kepada penikmatnya. Dalam konteks pendidikan musik, kreativitas merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran musik. Tujuan dan manfaat bermain musik untuk mengurangi stres, memperdalam kreativitas dan berdakwah.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 125)
Ayat ini menekankan pentingnya menyampaikan suatu pesan dengan cara yang baik dan bijaksana, termasuk dalam musik.
Musik yang mengandung pesan positif dan membangun, dapat menjadi alat yang efektif untuk mendidik dan membentuk suatu karakter yang baik.
Abil-Hasan juga menegaskan bahwa jika mereka memperbolehkannya, maka dia tidak melihat alasan untuk menentangnya. Namun, dia menekankan bahwa nyanyian tersebut tidak boleh disertai dengan senda gurau atau permainan yang tidak pantas.
ونقل أبو طالب المكي إباحة السماع من جماعة فقال سمع من الصحابة عبد الله بن جعفر وعبد الله بن الزبير والمغيرة بن شعبة ومعاوية وغيرهم وقال قد فعل ذلك كثير من السلف الصالح صحابي وتابعي بإحسان وقال لم يزل الحجازيون عندنا بمكة يسمعون السماع في أفضل أيام السنة وهى الايام المعدودات التي أمر الله عباده فيها بذكره كأيام التشريق ولم يزل أهل المدينة مواظبين كأهل مكة على السماع إلى زماننا هذا
Artinya: "Abu Talib al-Makki meriwayatkan kebolehan mendengarkan musik dari sekelompok ulama, dengan mengatakan: "Telah mendengarkan musik dari para sahabat seperti Abdullah bin Ja'far, Abdullah bin Zubair, Mughirah bin Syu'bah, Muawiyah, dan yang lainnya." Beliau berkata: "Banyak dari para salih terdahulu, baik sahabat maupun tabi'in, telah melakukannya dengan baik." Beliau juga berkata: "Orang-orang Hijaz di Makkah selalu mendengarkan musik pada hari-hari terbaik dalam setahun, yaitu hari-hari yang terhitung di mana Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengingat-Nya, seperti Hari Tasyrik. Dan orang-orang Madinah pun selalu mendengarkan musik seperti orang-orang Makkah hingga saat ini."
[Imam Ghazali, Ihya Ulumiddin, Jilid II, [Beirut: Darul Ma'rifah, tt] halaman 269]
Musik di era sekarang adalah salah satu perantara dakwah yang tepat, contoh Tim band tanah air yang menggunakan musik sebagai perantara dakwah (Wali Band dan Nissa Sabyan). Musik modern juga menghadapi tantangan besar dalam hal nilai karakter. Banyak lagu modern yang mengandung lirik yang tidak pantas, mempromosikan gaya hidup yang hedonistik, dan mengabaikan nilai-nilai moral dan etika. Hal ini dapat berdampak negatif pada pendengarnya, terutama generasi muda. Oleh karena itu, penting bagi para musisi dan pencipta lagu untuk mempertimbangkan nilai-nilai karakter dalam karya mereka. Mereka memiliki tanggung jawab moral untuk menghasilkan musik yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan membangun karakter yang baik.
Masalah selanjutnya yang perlu di perhatikan di dunia musik ialah peran orang tua dan masyarakat, sangatlah penting dalam membimbing generasi muda dalam memilih musik yang baik. Mereka harus memberikan pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai karakter dan membantu anak-anak mereka mengenali musik yang positif dan Membangun karakter positif terhadap anak-anak tersebut.
Bermusik ataupun mendengarkan musik dapat menjadi haram jika di dalamnya terdapat faktor eksternal yang membawa pada keburukan. Misalnya, seperti sengaja merangsang birahi atau syahwat, lirik lagu mengandung kemungkaran, menyertakan hal buruk seperti mabuk-mabukan dan kemaksiatan akan menjadi haram ketika lupa dengan kewajiban yang sudah di tetapkan agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H