Sedangkan cinta yang harus dihindari adalah cinta terhadap dunia. “Alaa innad dun-yaa mal’uunah. Mal’uunun maa fiihaa illaa dzkrullahi wamaa waalaahu wa ‘alimun au muta’allimun” dunia itu dilaknat dan Allah dan segala sesuatu yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah, apa saja yang dicintai oleh orang yang berilmu, dan orang yang mau belajar. (HR. Imam Turmudzi, Imam Ibn Majjah, dan Ibn Abdil Barr. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shaihih at Targhib wa Tarhib).
“Cah, hidup itu cuma mampir ngombe,” katanya Kyai Anwar Zahid yang sering saya dengar di radio telepon. Dunia hanyalah sebuah kendaraan menuju tujuan, dan jika kita menjadikan dunia sebagai tujuan itu adalah kekeliruan dan kebodohan besar.
Dunia dilaknat oleh Allah, karena dunia adalah tempatnya penderitaan. Dunia tempatnya ujian. orang-orang mu’min menganggap dunia adalah penjara, karena sulitnya mereka menahan nafsu dalam dirinya. Namun, bagi orang-orang kufur dunia adalah surga karena mereka sendiri buta. Cinta kepada dunia tidak lain adalah gerbang dari pada kehancuran.
Tidak cinta terhadap dunia dalam artian bukan meninggalkan dunia. Dunia juga sebagai mazra’atul akhirah (ladangnya akhirat) Manusia juga wajib untuk berkerja, mengejar karir dan lain sebagainya. hanya saja—catatannya, manusia tidak boleh larut di dalamnya. Manusia boleh bereksistensi terhadap dunia jika tujuannya untuk mencari kebahagiaan akhirat.
Kita berhak menjadi manusia yang bebas dengan mengenal cinta yang fitrah. Cinta yang fitrah adalah cinta yang tidak mengenal untung rugi, cinta yang hanya mengenal akan lahirnya kebaikan dan keberuntungan terhadap pribadi dan orang lain. Katanya Cak Nun, “Cintailah segalanya, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”. Wa Allahu A’lamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H