Pasar kerja adalah tempat yang berperan sebagai titik temu antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Saat ini, pasar kerja Indonesia ditandai oleh persaingan dan kondisi yang semakin ketat. Jumlah pencari kerja yang terus bertambah, terutama lulusan baru, sangat kontras dengan terbatasnya ketersediaan kesempatan kerja yang berkualitas.
Banyak lulusan universitas di Indonesia mengharapkan posisi yang sesuai dengan latar belakang akademis mereka, gaji yang menggiurkan, dan kemajuan karier yang pesat. Namun, kenyataan yang mereka hadapi sering kali berbeda jauh dari harapan tersebut. Banyak perusahaan mencari kandidat dengan kualifikasi yang lebih tinggi, pengalaman yang relevan, dan keterampilan tambahan bahkan untuk posisi tingkat pemula. Lebih jauh lagi, para pencari kerja mungkin mendapati diri mereka harus menerima upah yang berada di bawah standar upah minimum.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2024, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta jiwa, sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen. Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan bahwa Indonesia saat ini memiliki tingkat pengangguran tertinggi di kawasan ASEAN. Dalam laporan World Economic Outlook April 2024, IMF mengindikasikan bahwa tingkat pengangguran Indonesia sebesar 5,2%, melampaui enam negara lainnya, yaitu Filipina (5,1%), Brunei Darussalam (4,9%), Malaysia (3,52%), Vietnam (2,1%), Singapura (1,9%), dan Thailand (1,1%).
Menurut Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia masih banyak menghadapi tantangan terkait rekrutmen, produktivitas, pengupahan, dan jaminan sosial. Menurut keterangannya, tidak ada “link and match” antara calon tenaga kerja dengan apa yang dibutuhkan pasar kerja, sehingga mengakibatkan kurangnya keselarasan antara calon tenaga kerja dan kebutuhan pasar.
Tantangan Pasar Kerja di Indonesia, Kualifikasi Tinggi tetapi Peluang Rendah
Persaingan tenaga kerja di pasar kerja yang semakin ketat memberikan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pencari kerja, seperti berikut:
1) Pendidikan
Banyak lulusan perguruan tinggi mengalami pengangguran akibat ketidakcocokan antara profil lulusan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Setiap tahun, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia terus meningkat, sementara permintaan tenaga kerja dari perusahaan tetap lebih rendah dibandingkan dengan jumlah lulusan. Beberapa program pendidikan cenderung lebih fokus pada teori dan kurang memberikan keterampilan praktis yang diperlukan di lapangan, membuat lulusan kesulitan bersaing dengan mereka yang memiliki pengalaman praktis atau keterampilan yang sesuai dengan tuntutan industri.
2) Pengalaman Kerja
Masalah yang sering dihadapi oleh fresh graduate saat melamar pekerjaan adalah persyaratan pengalaman kerja yang diminta oleh banyak perusahaan. Meskipun mereka baru saja menyelesaikan studi mereka, banyak posisi entry-level yang mengharuskan calon kandidat untuk sudah memiliki pengalaman kerja sebelumnya. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan, karena lulusan baru sering kali belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman praktis yang diharapkan. Akibatnya, mereka terjebak dalam siklus di mana sulit untuk mendapatkan pekerjaan tanpa pengalaman, tetapi juga sulit untuk mendapatkan pengalaman tanpa pekerjaan.
3) Keterampilan Khusus
Perusahaan sering kali menuntut keterampilan khusus dari calon karyawan, seperti penguasaan bahasa asing, penguasaan software tertentu, atau sertifikasi profesional. Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, kemampuan berbahasa asing menjadi nilai tambah yang penting, terutama bagi perusahaan yang beroperasi di pasar internasional atau berhubungan dengan klien dari berbagai negara. Sertifikasi profesional juga sering diminta untuk menunjukkan kompetensi dan pengetahuan yang mendalam dalam bidang tertentu.