Yadnya dalam arti pengorbanan, dalam bentuk selain ritual misalnya pengorbanan harta benda (materi) untuk membangun asrama, membangun Panti Asuhan.Â
Sungguh ironis Pulau Bali yang mayoritas berpenduduk Hindu jumlah Panti Asuhan yang ada secara kuantitas kalah banyak dibandingkan Panti Asuhan dari agama lain, misalnya Panti Asuhan Islam atau Kristen. Harus diakui bahwa umat Hindu khususnya di Bali lebih mengutamakan hubungan vertikal daripada hubungan horizontal atau mudahnya lebih menekankan hubungan manusia dengan Tuhan daripada sesama manusia. Implementasi Panca Yadnya lebih banyak berbentuk ritual daripada yang berbentuk non ritual.Â
Apabila ada kegiatan mlaspas pura atau odalan di pura umat begitu antusias memberikan kontribusi, tetapi begitu ada gagasan untuk mendirikan asrama atau Panti Asuhan maka umat umumnya sulit untuk melepaskan sedikit hartanya untuk menyumbang pendirian Asrama atau Panti Asuhan ini. Ini yang kita katakan bahwa membangun hubungan horizontal masih amat sulit dilakukan oleh umat kita. Di samping pengorbanan harta benda pengorbanan bisa juga berupa tenaga. Kita menyumbangkan tenaga kita sebagai tukang bangunan baik itu tukang batu maupun tukang kayu adalah tindakan beryadnya.Â
Yang tidak kalah pentingnya adalah sumbangan dalam bentuk pikiran. Ide-ide kita yang cemerlang adalah yadnya yang sangat berharga bagi kemajuan Hindu di antaranya ide atau gagasan untuk mendirikan rumah sakit Hindu, Panti Asuhan Hindu, Bank Hindu dan sebagainya yang ini pada agama nonHindu jauh lebih maju.Â
Harapannya saya juga untuk kedepannya banyak mahasiswa lain yang lebih peduli dengan sesama. Membantu masyarakat lainnya, walaupun bukan dalam bentuk uang. Bahkan ilmu akan sangat bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Sekecil apapun bantuan yang diberi itu tidak akan masalah asalkan ikhlas dan bermanfaat. Dan juga diharapkan banyak acara atau kegiatan selanjutnya yang termotivasi untuk melakukan hal yang sama di masa yang akan datang.