dan mendorong generasi muda demi memiliki pemahaman tentang kesetaraan gender, yang akan menjadi salah satu modal besar mereka ketika mereka mulai membangun keluarga sendiri di masa depan", ungkap Head of Legal & Corporate Affairs Kraft Heinz Indonesia & PNG Mira Buanawati.
Selain itu kita juga bisa mengajarkan anak sejak dini untuk bisa mengenali kesetaraan gender, hal penting semacam ini juga perlu dibiasakan pada anak bahkan sejak masih kecil. Kamu dapat mencoba mendidik anak dengan beberapa cara berikut ini agar nantinya terbiasa dan saling menghormati terhadap kesetaraan gender. Berikut tipsnya:
- Memahami bahwa anak laki-laki dan perempuan sama
Pada hal ini yang perlu dipahami oleh orang tua adalah dengan memperlakukan semua anaknya secara sama dan adil. Tidak ada yang dibedakan antara perempuan dan laki-laki, sebab semua anak sama spesialnya.
Memperlakukan anak berbeda-beda hanya akan menimbulkan kecemburuan, apalagi bila orangtua merasa bangga memiliki anak dengan gender tertentu. Oleh sebab itu, pastikan untuk adil dalam memperlakukan anak-anak secara seimbang.
- Hilangkan kebiasaan ToxicMasculinity pada anak laki-laki
Toxic masculinity adalah salah satu hal yang sudah sangat umum dilakukan banyak orangtua, namun jarang disadari. Istilah toxic masculinity ini merujuk pada prinsip-prinsip keliru yang digunakan dalam mendidik anak laki-laki, seperti tidak boleh menangis, tidak boleh mengeluh, tidak boleh mendukung hak perempuan, hingga dilarang mengerjakan pekerjaan rumah, sebab dianggap sebagai kewajiban perempuan.
Hal semacam ini sangat berkembang di masyarakat dan membuat setiap anak memiliki pemikiran yang keliru mengenai toxic masculinity. Oleh sebab itu, istilah seperti ini patut diputus mata rantainya agar tidak terus terbawa ke generasi selanjutnya.
- Biarkan dan awasi anak untuk bersama dengan lawan jenisnya
Terkadang banyak orangtua yang terlalu mengekang anak untuk bersosialisasi, bahkan sejak anak kecil. Anak hanya dibolehkan bermain dengan sesama jenis, meskipun di usianya yang masih kecil.
Padahal orangtua tidak boleh bertindak seperti itu sebab akan membuat anak kesulitan dalam bersosialisasi nantinya. Biarkan anak bermain dengan teman-temannya, baik perempuan atau laki-laki. Orangtua hanya perlu mengawasi anak dan menasehati bagaimana cara memperlakukan teman dengan baik berdasarkan gendernya.
- Membiasakan anak laki-laki dan perempuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah
Salah satu contoh toxic masculinity yang banyak berkembang pada anak laki-laki adalah rasa enggan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Biasanya pekerjaan rumah dianggap sebagai pekerjaan perempuan, sehingga hanya melimpahkannya pada anak perempuan saja.
Sebagai orangtua, kamu dapat membiasakan anak perempuan atau laki-laki untuk terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini dapat dimulai minimal dari kamar tidurnya sendiri atau membereskan mainannya.
- Tidak membedakan mainan atau warna untuk anak
Untuk anak-anak kecil, perbedaan gender sangat jelas terlihat dari pemilihan mainan atau warna. Biasanya terdapat stigma bahwa perempuan erat dengan warna merah muda, sementara laki-laki dengan warna biru.