Mohon tunggu...
Marsya Iela Furqooni
Marsya Iela Furqooni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, saya memiliki hobi menonton film dan mengulasnya kembali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjawab Krisis Identitas Bangsa Melalui Pendidikan Pancasila

15 Desember 2024   13:06 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:06 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia sebagai bangsa besar dengan keragaman budaya, suku, agama, dan tradisi menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan identitasnya di tengah dinamika globalisasi. Krisis identitas bangsa menjadi salah satu isu krusial, ditandai dengan semakin maraknya konflik sosial, polarisasi politik, dan melemahnya rasa kebangsaan. Dalam situasi ini, pendidikan Pancasila memegang peranan penting sebagai alat strategis untuk membangun kembali fondasi moral, etika, dan identitas bangsa.  

A. Krisis Identitas Bangsa: Akar Permasalahan

Krisis identitas bangsa dapat ditelusuri dari beberapa faktor utama:  

1. Globalisasi Budaya: Penetrasi budaya asing melalui media digital sering kali membuat generasi muda lebih mengidolakan nilai-nilai luar dibandingkan budaya lokal.  

2. Polarisasi Sosial dan Politik: Meningkatnya konflik berbasis ideologi dan agama menciptakan jurang pemisah di tengah masyarakat, melemahkan rasa persatuan.  

3. Minimnya Pemahaman terhadap Pancasila: Banyak masyarakat, khususnya generasi muda, menganggap Pancasila sebagai konsep formal yang jauh dari kehidupan sehari-hari.  

Akibatnya, nilai-nilai Pancasila seperti toleransi, gotong royong, dan keadilan sosial mulai tergerus, digantikan oleh sikap individualisme, materialisme, dan hedonisme.  

B. Mengapa Pendidikan Pancasila Penting?

Pendidikan Pancasila bukan sekadar pengajaran teoritis, tetapi juga proses membangun kesadaran tentang identitas dan tanggung jawab sebagai warga negara. Dengan internalisasi nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat memperkuat fondasi moral dan etika untuk menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri bangsa.  

Namun, pendidikan Pancasila masih menghadapi kendala dalam implementasinya:  

- Metode Pengajaran yang Usang: Pendekatan yang monoton dan kaku membuat siswa sulit memahami relevansi Pancasila.  

- Minimnya Keteladanan: Figur publik dan pemimpin sering kali tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, menciptakan kesenjangan antara teori dan praktik.  

- Kurangnya Integrasi Nilai: Pendidikan Pancasila sering dipisahkan dari konteks kehidupan sehari-hari, membuatnya kurang membumi.  

C. Reformasi Pendidikan Pancasila:

Untuk menjawab tantangan ini, pendidikan Pancasila harus mengalami reformasi, baik dari sisi kurikulum, metode pengajaran, maupun lingkungan pembelajaran:  

1. Pancasila dalam Konteks Kekinian:

Materi Pancasila harus dikaitkan dengan isu-isu aktual, seperti keberagaman, perubahan iklim, dan teknologi digital. Hal ini membantu siswa melihat relevansi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi masalah nyata.  

2. Pendidikan Berbasis Karakter:  

Pendidikan Pancasila perlu menekankan pada pembentukan karakter yang sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa, seperti integritas, kepedulian, dan rasa tanggung jawab.  

3. Penguatan Peran Guru:

Guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga teladan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pelatihan intensif diperlukan agar guru dapat menggunakan metode kreatif dan interaktif.  

4. Pemberdayaan Komunitas Sekolah:

Sekolah harus menjadi ekosistem yang mendukung pengamalan nilai-nilai Pancasila, misalnya melalui kegiatan sosial, diskusi lintas agama, dan program pengabdian masyarakat.  

5. Pemanfaatan Teknologi:

Teknologi digital dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai Pancasila secara menarik, misalnya melalui film pendek, podcast, atau aplikasi interaktif.  

D. Pancasila sebagai Jawaban atas Krisis Identitas

Pendidikan Pancasila tidak hanya bertujuan mencetak warga negara yang patuh, tetapi juga individu yang kritis, toleran, dan mampu memimpin dengan nilai-nilai luhur. Ketika pendidikan ini dijalankan dengan serius, dampaknya akan terasa hingga ke level masyarakat luas:  

- Memperkuat Kohesi Sosial: Toleransi dan gotong royong dapat mengatasi fragmentasi sosial akibat perbedaan pandangan politik dan agama.  

- Meningkatkan Kesadaran Kritis: Generasi muda akan mampu membedakan mana nilai-nilai yang perlu dipertahankan dan mana yang harus diadaptasi tanpa kehilangan identitas bangsa.  

- Menciptakan Pemimpin Berkarakter: Dengan berpegang pada nilai-nilai Pancasila, pemimpin masa depan akan lebih berintegritas dalam menghadapi tantangan global.  

Krisis identitas bangsa adalah ancaman nyata yang membutuhkan solusi komprehensif. Pendidikan Pancasila adalah salah satu jawaban strategis untuk mengembalikan rasa kebangsaan, solidaritas, dan karakter bangsa. Dengan pembaruan kurikulum, peningkatan kompetensi pengajar, dan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan ini dapat menjadi fondasi untuk membangun bangsa yang kuat dan bermartabat di era globalisasi.  

Tantangan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga pendidikan, tetapi juga seluruh masyarakat. Hanya dengan komitmen kolektif, Pancasila dapat kembali menjadi panduan utama dalam menjaga identitas dan keutuhan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun