Desa Ngadas terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa ini dikenal sebagai pintu masuk menuju Gunung Bromo. Dengan ketinggian sekitar 2.200 meter di atas permukaan laut, Ngadas menawarkan udara sejuk dan pemandangan alam yang memesona. Masyarakatnya cenderung berprofesi sebagai petani, menggarap lahan pertanian di lereng gunung. Desa Ngadas juga menjadi titik awal bagi para pendaki yang hendak menaklukkan Gunung Bromo.
Desa Ngadas memiliki tradisi dan ciri khas yang mencerminkan kehidupan masyarakatnya yang berada di kawasan pegunungan. Salah satu tradisi yang melekat adalah kegiatan pertanian, terutama pertanian sayuran dan buah-buahan. Masyarakat Desa Ngadas juga dikenal sebagai penghasil sayur-sayuran yang berkualitas tinggi.
Ciri khas lainnya adalah adanya rumah adat dengan arsitektur khas Jawa Timur yang sering disebut "Omah Tengger." Rumah-rumah tersebut terbuat dari bambu dan kayu, dengan atap jerami atau ijuk. Desa Ngadas juga memiliki kesenian dan tarian tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.
Selain itu, peran agama dan kepercayaan lokal juga turut membentuk ciri khas Desa Ngadas. Masyarakatnya umumnya menganut kepercayaan Hindu Tengger, yang memiliki tradisi unik seperti upacara Yadnya Kasada yang dilakukan di Gunung Bromo setiap tahun. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi, Tuhan menurut kepercayaan Hindu.Dengan keindahan alamnya yang menakjubkan dan warisan budayanya yang kaya, Desa Ngadas menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan dan kebudayaan masyarakat pedalaman di kawasan Gunung Bromo.
Desa Ngadas, terletak di ketinggian sekitar 2.200 meter di atas permukaan laut, tidak hanya memikat wisatawan dengan keindahan alamnya yang menakjubkan tetapi juga dengan tradisi dan ciri khas budayanya yang kaya. Salah satu unsur khas Desa Ngadas adalah tradisi pertaniannya. Masyarakat desa ini secara tradisional menggarap lahan pertanian di lereng gunung, terutama untuk menanam sayuran dan buah-buahan. Mereka telah mengembangkan keahlian dalam bertani di lingkungan pegunungan yang kadang-kadang keras.
Selain pertanian, Desa Ngadas juga dikenal dengan rumah adatnya yang khas, yang disebut "Omah Tengger." Rumah-rumah ini dibangun dengan menggunakan bahan alami seperti bambu dan kayu, sementara atapnya terbuat dari jerami atau ijuk. Arsitektur rumah adat ini tidak hanya memberikan kesejukan di tengah iklim pegunungan, tetapi juga menciptakan gambaran visual yang unik dan memikat.
Ciri khas lainnya adalah keberadaan seni dan budaya tradisional. Masyarakat Desa Ngadas mewarisi kesenian dan tarian khas Jawa Timur yang mencerminkan kehidupan sehari-hari, nilai-nilai lokal, dan keindahan alam sekitar. Tarian-tarian ini sering dijadikan bagian penting dari upacara adat atau perayaan keagamaan.
Aspek keagamaan juga memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Ngadas. Sebagian besar penduduknya menganut kepercayaan Hindu Tengger, yang memiliki tradisi unik seperti upacara Yadnya Kasada. Setiap tahun, ribuan umat Hindu berkumpul di Gunung Bromo untuk melakukan ritual persembahan sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi.
Dengan keunikan tradisi pertanian, arsitektur rumah adat, seni dan budaya tradisional, serta keberagaman keagamaan, Desa Ngadas menawarkan pengalaman yang mendalam bagi mereka yang ingin menjelajahi dan memahami kehidupan masyarakat pedalaman di kawasan Gunung Bromo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H