Era pandemi telah selesai. Konser musik yang selama 2 tahun terakhir tertunda, akhirnya dapat dilaksanakan kembali. Banyak penyanyi, aktor, maupun aktris dunia telah merencanakan tur ke belahan negara lain. Baik di Asia, Eropa, Amerika, Australia, bahkan hingga ke Saudi Arabia. Konser musik tentu menjadi sebuah acara yang dinanti-nanti oleh seluruh lapisan masyarakat. Terutama artis dunia yang telah melegenda seperti BTS, Blackpink, ataupun band asal London yang melegenda, Coldplay juga telah menyelenggarakan serangkaian tur dunia.
      Hal tersebut tentu mengundang antusias penggemar sehingga mereka pasti berbondong-bondong untuk segera membooking tiket. Namun, tak sedikit pula dari penggemar yang mengeluh kehabisan tiket. Pelaku yang sering dibicarakan pada saat seperti ini adalah calo tiket, dan seseorang yang memiliki sikap FOMO.
      Di era digital yang serba canggih ini, fenomena FOMO atau Fear Of Missing Out telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah FOMO merujuk pada ketakutan atau kecemasan seseorang terhadap sesuatu menarik atau penting yang sedang terjadi di lingkungan mereka. Di dalam media sosial, FOMO lebih sering diartikan bahwa orang di luar sana lebih bersenang-senang, menikmati kehidupan yang baik, dan mengalami kejadian enarik daripada yang Anda alami.
      Sejarah FOMO sudah ada sejak tahun 2004, pada saat media sosial bernama Friendster tengah digandrungi oleh orang-orang di zaman tersebut. Istilah FOMO pertama kali dicetuskan oleh seorang penulis asal Amerika Serikat bernama Patrick McGinnis. Ia menyadari pada saat itu, kemunculan Friendster dan internet telah memengaruhi kehidupan manusia, khususnya dalam hal berupaya untuk memiliki kehidupan yang live to the fullest, atau menikmati semua momen yang dimilikinya, termasuk dengan mengabadikannya lewat kamera dan membagikannya di internet.
        Begitu pula perilaku FOMO pada acara-acara musik yang harus membeli tiket terlebih dahulu. Artikel ini akan membahas mengenai hubungan perilaku FOMO dengan tiket konser musik yang terjual cepat.
FOMO dan Tiket Konser yang Terjual Habis
Tiket konser yang terjual habis dengan cepat telah menjadi fenomena umum dalam industri musik. Banyak penggemar musik yang sering kali mengalami kekecewaan karena mereka tidak dapat membeli tiket konser tersebut segera setelah diumumkan. Ini adalah contoh yang jelas dari bagaimana FOMO dapat memengaruhi emosi dan perilaku manusia.
Dorongan untuk Mengikuti Tren
      Salah satu alasan utama mengapa tiket konser terjual habis dengan cepat adalah karena dorongan manusia untuk mengikuti tren. Saat seseorang melihat bahwa tiket konser untuk artis atau band favorit mereka habis terjual dalam hitungan menit atau bahkan detik, mereka cenderung merasa terdorong untuk membeli tiket tersebut agar tidak ketinggalan. Mereka takut akan kehilangan pengalaman yang unik dan menyenangkan yang dapat mereka bagikan dengan teman-teman mereka.
      Tren ini bisa terlihat dalam konser-konser artis terkenal seperti misalnya ketika band rock legendaris "Rock Gods" mengumumkan tur dunia mereka. Dalam waktu singkat, tiket-tiket konser itu terjual habis dan para penggemar yang tidak mendapatkan tiket merasa seperti mereka kehilangan kesempatan untuk menyaksikan penampilan live dari band favorit mereka. Mereka merasa tertinggal dan khawatir bahwa mereka tidak akan dapat bergabung dalam percakapan yang sedang ramai tentang konser itu di media sosial.
Rasa Kepentingan Sosial