Mohon tunggu...
Marshellinus Hosana
Marshellinus Hosana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Striving for excellence Aja

Konsultan akuntan Dan sistem informasi Dan juga pendiri leisuretimetour.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Relasi Suami Istri

22 Mei 2021   14:03 Diperbarui: 22 Mei 2021   14:06 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yg lalu saya dan istri pergi untuk melayat seorang sahabat yang telah ditinggalkan suami tercinta.

Sayup sayup saya mendengar obrolan istri saya dengan sahabatnya. "cukup kaget ditinggalkan suamiku. Karena tidak ada tanda tanda." Kami mendengarnya keluh kesahnya dan tentu Nyonya saya menghiburnya sahabat itu.

Sembari mereka ngobrol, tiba tiba pikiran saya melayang di masa masa kuliah saya. Ada permainan yang menarik untuk dilakukan dan diingat. Kami duduk dalam satu baris. Pada lengan kanan jari jarinya menutup dan berbentuk seperti corong atau untuk mudah dibayangkan seperti anda memakan nasi dengan tangan. Sedang tangan kiri, telapak tangan berbentuk seperti mangkok yang terbalik.

Begitu semuanya telah siap, pemandu games berkata. Jagalah tangan kananmu agar tidak diambil oleh orang sebelah kananmu. Sedangkan di sebelah kirimu ambilah tangan kanan orang disebelah kirimu.

1,2,3 .... Permainan dimulai. Hasilnya cukup banyak tangan kanan yang termakan oleh sebelah kanan.

Kesimpulannya dari games itu, cukup susah memang menyeimbangkan antara keinginan dan apa yang sudah kita miliki. Hm....tentu bagi anda yg pernah bermain ini, akan banyak sekali refleksi dari permainan ini.

Permainan itu menyadarkan diri saya akan kehadiran dan posisi saya sedang ada dimana. Terkadang kita tidak menyadari bahwa harta yang paling berharga adalah pasangan kita. Sering kita marah, mengecewakan pasangan hidup kita, tapi tak jarang pula pasangan hidup juga yang membantu kita. Tak jarang pula kita mengalami keterpisahan dengan pasangan hidup kita. Padahal ada juga yang bilang bahwa keterpisahan itu adalah ilusi. Bukankah setelah kita menemukan pasangan hidup, anda dan pasangan hidup akan menjadi satu keluarga?

Menjadi pertanyaan bagi kita semua terutama diri saya sendiri, seberapa sadar diri kita untuk membuat bahagia pasangan kita? Bagaimana bila terlambat?  Bagaimana kalau kita terluka yang disebabkan oleh pasangan kita?  

Pandanglah dan ingatlah selalu akan sisi positif pasangan hidup anda, meminta maaf bila salah dan belajar untuk mengampuni.
Tetaplah semangat untuk memberi cinta kepada pasangan hidup sebelum Sang Pemilik hidup memisahkan anda dan pasangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun