Mohon tunggu...
Marshanda Nur Rahmayani
Marshanda Nur Rahmayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Seorang mahasiswi angkatan 2022 program studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Hedonisme Berkedok Self Reward serta Dampak Negatif Self Reward yang Berlebihan

26 Mei 2023   16:54 Diperbarui: 26 Mei 2023   17:03 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era yang didominasi oleh kemajuan teknologi dan tekanan hidup yang semakin meningkat, fenomena hedonisme berkedok self reward telah menjadi perhatian yang semakin mendalam. Hedonisme, sebagai pandangan hidup yang menempatkan kepuasan pribadi dalam kesenangan sensual sebagai tujuan utama telah melahirkan fenomena yang menarik dalam bentuk self reward atau pemberian hadiah pada diri sendiri. Dalam konteks self reward, hedonisme sering kali digunakan untuk membenarkan pemberian hadiah kepada diri sendiri.

Self reward merupakan istilah yang digunakan ketika seseorang memberikan hadiah atau penghargaan untuk dirinya sendiri. Bentuk dari self reward sangat beragam dan tidak selalu berbentuk barang. Secara umum, self reward diartikan sebagai penghargaan yang diperuntukkan kepada diri sendiri dalam bentuk apresiasi atau memberikan hadiah karena telah melakukan pekerjaan hingga akhirnya mencapai apa yang telah diinginkan (Wahyuningsari dkk., 2022).

Biasanya self reward dilakukan dengan cara berbelanja, makan, jalan-jalan, ataupun menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang mahal atau sekedar berkunjung ke tempat yang diinginkan. Tanpa disadari, self reward seperti itu hanya sebagai bentuk konsumtif untuk menuruti nafsu semata. Alih-alih untuk kestabilan mental, namun jatuhnya kepada bentuk pemborosan.

Fenomena hedonisme berkedok self reward telah meluas dalam berbagai aspek kehidupan terutama dengan perkembangan teknologi dan kemudahan akses informasi. Kejadian-kejadian seperti belanja impulsif, perjalanan mewah, konsumsi makanan dan minuman yang berlebihan, seta aktivitas-aktivitas hiburan yang berorientasi pada kesenangan semata semakin sering terjadi di tengah masyarakat kita.

Ada beberapa motivasi yang mendasari perilaku tersebut, yakni sebagai bentuk motivasi diri untuk mencapai tujuan. Dengan memberikan hadiah kepada diri sendiri setelah mencapai pencapaian tertentu, individu merasa termotivasi dan merasa bahwa kerja kerasnya dihargai. Selain itu, beberapa orang juga menganggap self reward sebagai cara untuk mengatasi stres atau meredakan tekanan, dengan memberikan diri sendiri penghiburan dan kepuasan melalui pemuasan kesenangan.

Namun, di samping dapat memberikan kepuasan sementara dan kesenangan sejenak, dampak jangka panjangnya perlu dipertanyakan. Pemenuhan keinginan-keinginan pribadi secara berlebihan dan tanpa batas dapat membawa konsekuensi negatif, seperti masalah keuangan, gangguan kesehatan fisik dan mental, serta perubahan nilai-nilai sosial dan moral. Berikut dampak negatif dari perilaku self reward yang berlebihan:

Kesulitan dalam Mencapai Keseimbangan

Ketika self reward di lakukan secara berlebihan, dapat menimbulkan ketidakseimbangan antara pencapaian dan kepuasan. Seseorang mungkin dapat terjebak dalam siklus konstan mencari kesenangan, yang dapat mengabaikan tanggung jawab dan prioritas lainnya dalam hidup.

Penundaan Kepuasan Jangka Panjang

Dalam beberapa kasus, perilaku self reward dapat mendorong seseorang untuk lebih memprioritaskan kepuasan instan daripada merencanakan dan bekerja menuju tujuan jangka panjang yang lebih bermakna. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan pencapaian potensial dalam jangka waktu yang lebih luas.

Penurunan Disiplin Diri

Jika self reward dilakukan secara berlebihan, seseorang dapat menjadi kurang disiplin dalam mencapai tujuan. Kebutuhan untuk kesenangan segera dapat mengaburkan pemahaman tentang usaha dan pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal ini dapat menghambat perkembangan pribadi dan pencapaian yang signifikan.

Kerugian dalam Aspek Keuangan

Jika self reward melibatkan pengeluaran finansial yang besar dan tidak terkendali, hal ini dapat menyebabkan masalah keuangan. Ketika seseorang terlalu fokus pada pemenuhan keinginan dan mendapatkan kepuasan instan, risiko keuangan jangka panjang seperti hutang yang tidak terkendali dan kesulitan finansial dapat meningkat.

Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa meskipun self reward dapat memberikan kepuasan dan motivasi, self reward yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif yang signifikan. Penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan, mengutamakan tujuan jangka panjang, dan mempertimbangkan implikasi sosial, finansial serta kesehatan diri. Dengan demikian, kita dapat mengambil manfaat dari self reward secara sehat dan terarah, tanpa mengorbankan keseimbangan, finansial serta kebahagiaan jangka panjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun