Dilansir dari Bernas.Id, sutradara film Dilan 1990, Fajar Bustomi mengungkapkan bahwa untuk menguraikan sebuah novel sebanyak 300 halaman kemudian dijadikan film yang durasinya pendek, kemungkinan diubahnya banyak. Akan ada beberapa bagian yang harus diikhlaskan agar bisa dibuat lebih sinematografi.
Pembaca yang pro merasa bahwa Iqbaal sangat cocok untuk memerankan tokoh Dilan, karena wajahnya yang tampan dan juga romantis. Namun, di sisi lain, para pembaca yang kontra merasa bahwa Iqbaal sangat tidak cocok. Akibat wajahnya yang terlalu kalem, dirasa bahwa sangat jauh berbeda dengan penggambaran tokoh Dilan dalam novel.
Tak sedikit pembaca yang kecewa akibat imajinasi mereka tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari penggambaran di novel dan visual dalam film.
Adaptasi Novel Menjadi Film
George Bluestone, seroang pelopor studi tentang film adaptasi, melalui bukunya Novels into Film (1957) mengatakan bahwa terdapat Two Ways of Seeing atau dua cara melihat dalam mempertanyakan persamaan dan perbedaan mendasar dalam melihat sebuah film dan bentuk karya sastranya.
Bluestone berasumsi dan berusaha untuk menunjukkan ciri-ciri dasar yang membedakan secara genetika novel dengan film. Novel merupakan medium dengan pendekatan lingustik, sementara film merupakan medium dengan pendekatan visual.
Meskipun terdapat beberapa kesamaan di antara keduanya, tetapi pada kenyataannya, perbedaan jauh lebih terlihat. Perbedaan inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi filmmaker untuk menampilkan yang terbaik.
Sementara Linda Seger dalam The Art of Adaptation Turning Fact and Fiction into Film, menuliskan bahwa adaptasi merupakan sebuah proses transisi, pengubahan, atau konversi dari satu medium ke medium lainnya. Sehingga ketika dipersatukan sudah dipastikan akan menghasilkan suatu perubahan.
Tentunya perubahan tersebut tidak akan sama dengan imajinasi dari penggambaran tokoh, teks, alur, latar, dalam novel. Oleh karena itu, dalam mengadaptasi sebuah novel menjadi film, tentu akan memunculkan tantangan yang besar.
Meski menuai pro dan kontra, tetapi film Dilan 1990 (2018) berhasil menarik perhatian seluruh Indonesia. Selain unik dari film lainnya, film in juga cocok untuk ditonton oleh generasi manapun.