Ego berada di antara id dan superego. Id sangat impulsif sementara superego merupakan pembatasan. Ego memikirkan mana yang baik untuk dilakukan. Dalam hal ini ego diposisikan sebagai mediasi antara id dan superego.
Ego dalam film ini ditunjukkan pada adegan ketika Kevin memutuskan untuk melakukan kembali hal-hal yang ia sukai dan menjadi passion dirinya.
Kevin dulunya gemar menulis. Ia memiliki sebuah blog sebagai platform karya tulisannya di publish. Setelah mendapatkan masalahnya di sekolah, ia akhirnya sadar bahwa hal terbaik yang dapat ia lakukan untuk menebus kesalahannya yaitu membuktikan bahwa ia mampu.
Mampu dalam artian membuktikan bahwa tuduhan orang-orang bahwa ia merupakan generasi micin adalah salah. Tidak semua generasi micin adalah orang yang pemalas. Ia pun membuktikan dengan cara membuat karya-karya tulisannya dan berakhir pada menerbitkan buku. Sangat menginspirasi bukan?
Nah, itu tadi teori psikoanalisis Sigmun Freud dengan komponen id, ego, dan superego dalam film Generasi Micin vs Kevin (2018). Untuk sobat Kompasiana yang mungkin belum pernah nonton film ini, bisa langsung segera tonton di platform yang tersedia, ya!
DAFTAR PUSTAKAÂ
Ryan, M. (2012). An Introduction To Criticism Literature/Film/Culture. UK: Blackwell Publishing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H