Hal ini dibuktikan dari Columbia Journalism Review, yang mengisahkan sebuah riset di tahun 2000. Mereka membedah pemberitaan sebuah kebijakan restrukturisasi massal dalam industri perhotelan di Inggris: sebuah kebijakan yang memengaruhi kehidupan jutaan orang pembayar pajak. Hasilnya, ditemukan bahwa hampir semua framing peliputan yang ada tunduk pada narasi kampanye humas industri.
Artinya adalah, peliputan mendalam (khususnya yang membawa perspektif publik) tidak dilakukan bahkan menghilang dari diskusi. Terdapat hal serupa yang dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia. Contohnya narasi pers yang kerap didominasi oleh otoritas pemerintah atau organisasi tertentu.
Hal ini berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap produksi jurnalisme di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2017, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia pada media berada pada angka 67%, lebih rendah dari kepolisian (70%).
Terlepas dari tujuan media jurnalistik untuk memberikan akses informasi kepada masyarakat, justru media sosial semakin merebut kepercayaan masyarakat sebagai sumber informasi.
Jurnalisme Multimedia, menjadi Transformasi sekaligus Tantangan
Era digital memang memengaruhi praktik jurnalisme dalam berbagai hal. Meskipun dengan hadirnya teknologi ini memang banyak membantu sendi kehidupan masyarakat, tetapi jika dalam menghadirkan informasi tidak berpegang teguh pada kebenaran, tentu akan sulit.
Banyaknya konten di media sosial sebagai bentuk produk jurnalistik memang menunjukkan bahwa Indonesia sudah berhasil dalam beradaptasi dengan teknologi yang ada. Artinya, dapat menerima perubahan dengan cepat. Namun, dari segi kualitas dan kelayakan berita, masih tertinggal jauh.
Tugas jurnalisme multimedia bukan menambah kebisingan konten di media sosial. Ia seharusnya menjadi penjaga gerbang dalam dunia yang kian tidak berdinding. Jurnalisme perlu berkembang dan beradaptasi.
Gagap digital memang menjadi hal yang wajar bagi para jurnalis konvensional di masa ini. Mereka perlu beradaptasi lebih terkait bagaimana cara memanfaatkan internet sebagai ruang akses informasi yang baik bagi masyarakat.
Otoritas informasi menjadi tonggak penting seorang jurnalis. Ketika ia dituntut untuk bisa beradaptasi dengan hadirnya teknologi, bukan berarti ia menjadi kalap dalam membuat berita secara over. Tentu harus memerhatikan kaidah penulisan jurnalistik yang baik dan benar.
Menjadi tantangan tersendiri memang untuk bisa beradaptasi dalam transformasi digital saat ini. Perlu waktu, tetapi harus cekatan. Jangan hanya bergantung pada apa yang sedang viral dan disukai masyarakat, melainkan buatlah berita yang memang dibutuhkan dan penting bagi masyarakat.