Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Journalism and Digital Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Wibu, Si Pecinta Jepang yang Kerap Dipandang Sebelah Mata

23 Maret 2021   22:35 Diperbarui: 23 Maret 2021   23:09 2587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ichi

Ni

San

Arigatou~

"Apaan sih, alay banget.."

"Dikira imut kali ya.."

"Eww disgustang"

Siapa disini yang punya teman suka banget sama Jepang? Yup, negara yang memiliki julukan "Negeri Sakura" ini memang banyak digemari oleh masyarakat. Baik itu dari keindahan negaranya, budaya nya, tempat wisatanya, produk-produknya, dan lain sebagainya.

Jepang dikenal dengan inovasi dan kreativitasnya yang tinggi. Hal ini menjadikan setiap produk yang dibuat selalu bisa diterima di masyarakat luas secara global. Salah satu produk buatan Jepang yang dikenal luas adalah anime. Berbeda dengan negara lain, anime yang diciptakan oleh Negara Jepang dianggap memiliki kekhasan nya tersendiri. Mulai dari segi ilustrasinya, bahasanya, cerita-ceritanya, menjadi salah satu daya tarik masyarakat kepada anime.

Kualitas anime yang tinggi juga membuat banyak orang dari berbagai negara menjadi tertarik untuk menikmati. Berbagai genre yang disediakan seperti petualangan, fantasi, horor, romance, school dan lain sebagainya menjadi seni hiburan tersendiri bagi para pecinta anime.

Berbicara mengenai hiburan, tentu tidak lepas dengan istilah "Budaya Populer". Budaya populer merupakan produk dari masyarakat industrial, kegiatan pemaknaan dan hasil kebudayaan yang ditampilkan dalam jumlah besar, dengan dibantu oleh teknologi produksi, distribusi dan penggandaan massal, sehingga lebih mudah dijangkau oleh masyarakat (Heryanto dalam Nugroho dan Hendrastomo, 2017).

Budaya Populer Jepang di Indonesia

Di era sekarang, Indonesia sudah tidak asing lagi dengan budaya populer dari Jepang. Yup! Budaya populer dari Jepang diantaranya ada Anime, Manga, Cosplay, Game, J-pop, dan lain-lain. Menurut Hidetoshi Kato (dalam Nugroho dan Hendrastomo, 2017), istilah budaya populer dalam bahasa Jepang disebut juga "taishuu bunka" atau "budaya massa". Budaya massa memiliki pengertian suatu bentuk budaya yang banyak disukai oleh masyarakat, dalam hal ini tidak hanya masyarakat Jepang saja, tetapi masyarakat dunia. Inilah yang kemudian menjadikan produk-produk tadi karena disukai secara massa maka berkembang menjadi budaya populer.

Indonesia menjadi salah satu negara yang juga terdampak budaya populer dari Jepang. Globalisasi budaya populer di Indonesia dibuktikan dengan maraknya acara-acara yang bertemakan Jepang seperti kontes cosplay, Festifal Film Jepang (FFJ), festival manga, dan yang paling utama adalah anime.

Anime sebagai Budaya Populer

Anime merupakan film animasi yang diproduksi oleh Jepang dengan ciri khas yang menonjol berupa ilustrasi seperti kartun. Anime banyak disukai oleh masyarakat secara global dan menjadi populer seiring berkembangnya waktu.

Menengok kembali definisi dari Hidetoshi Kato, budaya populer sebagai budaya massa memiliki pengertian bahwa budaya yang diproduksi dan dikonsumsi secara massa, maka akan semakin berkembang menjadi budaya populer. Dalam hal ini anime yang disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat secara global. Oleh karena itu, anime menjadi bentuk dari budaya populer yang sekarang keberadaannya sangat dekat dengan kita.

Anime mampu menarik perhatian dari masyarakat Indonesia baik mulai dari kalangan anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Hal ini tentu tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang membuat anime menjadi budaya populer di masyarakat Indonesia. 3 faktor utama penyebab anime menjadi budaya populer di Indonesia, diantaranya:

1. Pengaruh Media Massa

Adanya globalisasi yang menyebabkan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi di Indonesia menjadikan ruang luas bagi budaya populer Jepang masuk ke Indonesia. Siaran-siaran televisi yang ditayangkan di stasiun TV Indonesia dengan mudah memengaruhi masyarakat.

Dalam prosesnya, media massa akan membawa, mengenalkan dan menanamkan ideologi anime kepada masyarakat berupa image positif. Diantaranya dapat diambil dari makna yang terkandung dalam anime seperti sikap pemberani, pantang menyerah, persahabatan. Hal itulah yang menjadikan anime membuat penggemar merasa kagum. Dari sinilah masyarakat Indonesia yang terpapar tayangan anime di media massa menjadikan anime semakin dikenal dan menjadi budaya populer.

2. Mudahnya Akses Konten di Media Massa seperti Website atau Platform

indozone.id
indozone.id

Pada saat ini, banyak website maupun platform yang menyediakan konten-konten berupa tayangan anime secara gratis maupun berbayar. Contohnya seperti platform "samehadaku", "animeindo.co", "ruangotaku.id" dan lain sebagainya. Dengan banyaknya website dan platform gratis ini semakin menjadikan anime lebih mudah dikenal dan diakses oleh masyarakat.

3. Pengaruh Teman

hellosehat.com
hellosehat.com

Punya teman yang hobi nonton anime? Pasti secara tidak langsung kamu juga semakin lama akan tertarik untuk ikutan nonton. Teman menjadi salah satu agen sosialisasi yang memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan budaya populer anime melalui media massa maupun secara langsung.

Jika di media massa, biasanya akan ada komunitas tertentu pencinta anime yang menjadi jembatan komunikasi para anggotanya. Ketika seorang penggemar anime tergabung dalam komunitas tersebut maka semakin besar untuk mempengaruhi anggota lain dalam menyebarkan budaya anime ini.

Nah dibalik populernya budaya Jepang dalam hal ini yaitu anime, tentu terdapat sekelompok masyarakat yang sangat kagum dengan adanya anime atau istilah umumnya adalah "Fans/Fandom". Nah fans bagi para pecinta Jepang dan juga Anime biasa disebut Weaboo atau Wibu.

Wibu kerap dikonotasikan negatif oleh masyarakat. Kenapa? Karena banyak yang menganggap wibu sebagai aib dan sampah masyarakat. Kenapa bisa begitu ya?

Apa Itu Wibu?

hipwee
hipwee

Sebelum kita membahas lebih lanjut kenapa banyak orang yang tidak suka dengan wibu, kita perlu selidiki lebih dalam pengertian wibu itu sendiri. Wibu merupakan serapan dari kata Bahasa Inggris yaitu Weaboo yang berarti orang non Jepang yang memiliki obsesi berlebihan terhadap budaya Jepang. Bahkan mereka sampai menganggap diri mereka merupakan orang Jepang dan seolah-olah tinggal di sana.

Wibu sebagai Subkultur

Subkultur merupakan sekelompok individu yang berbagi kepentingan, ideologi dan praktik tertentu (Hartley, 2010:293). Arti kata sub dalam awalan subkultur mengindikasikan identitas yang berlawanan dengan budaya dominan. Kemudian hal ini menjadi relate jika kita mengaitkannya dengan wibu.

Wibu bisa menjadi subkultur karena ia berada dalam lingkup dominan dari masyarakat yang ada di sekitarnya, tetapi wibu dipandang sebelah mata. Hal ini dikarenakan wibu memiliki citra negatif karena ia terlampau mendewakan budaya Jepang dibanding budaya nya sendiri.

Kembali ke topik sebelumnya mengenai alasan kenapa wibu banyak dibenci orang. Seperti yang sudah saya singgung tadi, bahwa wibu dianggap terlalu membangga-banggakan Jepang ketimbang negara nya sendiri. Selain itu wibu juga dianggap tidak dewasa, masih seperti anak kecil yang kerjaannya hanya nonton dan bermain. 

Hal ini dikarenakan stigma bahwa komik, anime dan sejenisnya diperuntukkan untuk anak-anak saja.

Persepsi ini sebenarnya sudah dibangun semenjak pertama kali anime ditayangkan di layar kaca Indonesia. Anime yang identik dengan kartun, fiksi dulu dianggap hanya untuk konsumsi anak-anak. Sehingga ketika ada orang dewasa yang menonton itu, maka juga akan dianggap sebagai anak-anak. Inilah kenapa wibu banyak dibenci karena dianggap tidak dewasa.

Alasan lain adalah wibu kerap dianggap sampah masyarakat. Kok bisa? Yup, dengan karakteristik wibu yang hanya diam di kamar nonton anime, tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat, tidak ada kegiatan di luar rumah, dianggap hanya sebagai sampah masyarakat saja. Tidak ada gunanya. Orang lain menganggap bahwa hidup bersama wibu itu hanya menjadi parasit saja.

majalah-hikmahbudhi.com
majalah-hikmahbudhi.com

Anggapan seperti itu miris sekali menurut saya. Menjadi wibu bukan berarti sampah masyarakat. Stigma dan persepsi yang ada terdengar menyedihkan. Padahal jika ditelaah lebih dalam, kegiatan yang dilakukan oleh wibu terkadang lebih banyak dan bermanfaat. Hanya saja karena mereka tidak pernah mengutarakannya ke orang luar, jadi banyak yang tidak tahu.

Mereka yang memiliki identitas sebagai wibu merasa adanya ketidaksetaraan dari kaum dominan. Ketidaksetaraan yang mereka dapatkan adalah ketika mereka berada di tengah masyarakat, contohnya sekolah, terkadang seseorang yang menjadi wibu sering dikucilkan bahkan dijauhi. Hal ini dikarenakan mereka menganggap wibu itu seseorang yang aneh, menjijikan, idiot dan lain sebagainya. Orang lain akan menganggap wibu tidak setara dengannya, dalam hal ini wibu tingkatannya lebih rendah karena mereka berbeda.

hipwee.com
hipwee.com

Oleh karena perbedaan ini terdapat politik identitas dari para wibu. Politik identitas disini berbicara mengenai persamaan dan perbedaan. Mereka yang memiliki perbedaan akan menjadi masalah, dalam hal ini para wibu. Yup, seperti yang sudah disinggung tadi wibu dianggap berbeda dengan orang lain karena mereka dianggap aneh dan tidak normal. Ada perbedaan apa yang kentara dengan para wibu ini? Mereka dikontestasikan sebagai seseorang yang aneh ini kemudian akan dikucilkan, dijauhi, bahkan tidak menutup kemungkinan dibully.

Sebenarnya, mereka yang menjadi wibu tidak semuanya sama seperti apa yang dikonotasikan. Mereka bahkan lebih unggul dari kita yang bukan wibu. Contohnya karena mereka suka menonton anime, tentu wawasan mereka tentang bahasa Jepang lebih banyak dari kita. Lalu tentang budaya dan tradisi di Jepang, sifat positif orang Jepang, terkadang mereka cenderung akan belajar dari sana.

Oleh karena itu, sejatinya kita sebagai manusia tidak boleh saling me-labelling orang lain hanya karena mereka berbeda dengan kita. Tentu sebagai masyarakat kita harus saling menghargai dan bersikap baik kepada sesama.

Sekian,terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA 

Kusindriani, N. (2020, Februari 11). 5 Website Nonton Anime Sub Indonesia Terbaik Sepanjang Masa. Retrieved from cekaja.com

Nugroho, P. A., & Hendrastomo, G. (2017). Anime Sebagai Budaya Populer (Studi Pada Komunitas Anime di Yogyakarta). Jurnal Pendidikan Sosiologi, 1-14.

Ryan, M., Ingram, B. dan Hanna Musiol (2010). Cultural Studies: A Practical Introduction. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun