Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Journalism and Digital Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontestasi Identitas Islam dalam Grup Musik Sabyan Gambus

9 Maret 2021   16:01 Diperbarui: 9 Maret 2021   18:58 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: channel youtube. Sabyan Gambus

Sesuai dengan namanya, Sabyan Gambus mendeklarasikan kelompok mereka sebagai kelompok yang membawakan aliran musik Gambus. Gambus merupakan aliran musik yang memiliki identitas Islam di dalamnya. Hal ini juga didukung dengan instrumen yang kerap dipakai yaitu seperangkat rebana atau marwas, gendang kecil dengan kedua sisisnya tertutup membran (jenis kulit) yang dipukul dengan tangan (hand drum) Mukarran dalam Rosyid & Lussiyandari (2020:28). Selain itu, musik Gambus juga kerap diperdengarkan di acara-acara penting seperti pernikahan dan acara keagamaan. Sama halnya dengan Sabyan Gambus, musik mereka juga diperdengarkan saat acara-acara penting yang serupa.

Kemudian jika kita melihat dari sisi historis munculnya musik Gambus, awalanya musik ini berasal dari Negeri Arab. Di abad ke-19, orang Persia dan Arab berdagang di Kepulauan Melayu. Mereka juga turut membawa instrumen Gambus di kapal-kapal yang mereka tumpangi untuk menjadi hiburan pribadi selama perjalanan. Dari situlah musik Gambus ini diperkenalkan ketika berdagang di sepanjang Kepulauan Melayu. Masuknya Gambus di Indonesia juga beriringan dengan masuknya Islam ke berbagai daerah di Indonesia. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa musik gambus berkaitan dengan agama Islam dan Sabyan Gambus merupakan kelompok musik yang beridentitaskan agama tersebut.

Identitas keislaman yang kedua dapat dilihat dari lirik lagu yang mereka bawakan. Sabyan Gambus memiliki dua tipe ketika mengunggah kontennya ke Youtube, pertama membawakan karya hasil produksi mereka sendiri, kedua adalah cover. Semua lagu yang mereka bawakan mengandung lirik-lirik Islamiah. Contohnya dalam lagu berjudul Deen Assalam berikut:

Abtahiyyat wabsalam

Ansyuru ahlal kalam jainuddin yahtirom

Abmahabbat wabtisam

Ansyuru bainil anam hadahu din assalam

Berdasarkan penggalan lirik di atas, dapat disimpulkan bahwa Sabyan Gambus memang melekatkan dirinya dengan identitas agama Islam. Dalam praktiknya pun, mereka juga menekankan beberapa hal "Keislaman" dalam liriknya, seperti pengucapan kata "Allah" yang merupakan Tuhan bagi umat Islam. Serta Al-Quran yang merupakan kitab suci umat Muslim. Dari sisi tersebut juga Sabyan Gambus menunjukkan identitas Islamnya.

Identitas keislaman lainnya juga dapat kita lihat dari cara berpakaian atau style yang mereka gunakan. Dalam hal ini, yang terlihat sangat mencolok adalah pakaian si vokalis utama, Nissa Sabyan. Sebagai seorang perempuan Muslim, ia menunjukkan identitas keagamannya melalui hijab yang ia gunakan. Selain itu, ia juga selalu menggunakan pakaian yang menutup aurat. Dua aspek diatas, menunjukkan identitas keislaman Sabyan Gambus sebagai kelompok muslim beraliran Islam.

Sumber: channel youtube. Sabyan Gambus
Sumber: channel youtube. Sabyan Gambus
Semua identitas keislaman tersebut dapat kita lihat melalui karya yang mereka unggah di kanal Youtube nya. Youtube telah menjadi media untuk menampilkan citra diri, dalam hal ini identitas kepada khalayak. Youtube sebagai salah satu alat digital masa kini telah menunjukkan bahwa dengan eksistensinya di masa sekarang, Youtube dapat menjembatani khalayak untuk mengetahui berbagai hal salah satunya identitas yang digagas dalam teori Circuit of Culture oleh Stuart Hall. Apa yang ditampilkan oleh Sabyan Gambus menunjukkan identitas dan keislamannya melalui karya-karya yang diproduksi. Mulai dari lirik lagu hingga sejarah musik Gambus. Selain itu, dari cara mereka berpakaian hingga berucap.

Sabyan Gambus sangat identik dengan Islam karena citra keislamannya yang tercermin dan terepresentasikan dari berbagai sisi. Sabyan Gambus juga menjadi titik kontestasi identitas yang berlangsung dalam budaya pop islam di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun