Mohon tunggu...
Marsellia Claudia
Marsellia Claudia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Turn everything into love

Everything is served honestly

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polisi Masa Kini di Mata Gen Z: Berjiwa Jenderal Hoegeng dan Bersemangat "Presisi"

23 Juni 2021   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2021   14:47 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepercayaan Publik Meningkat, sumber: Instagram divisihumaspolri

Siapa polisi Indonesia yang kisahnya sangat inspiratif, bahkan bagi masyarakat biasa yang bukan anggota Polri? Dialah almarhum mantan Kapolri Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso. Sosok beliau juga sangat menarik bagi saya dan rekan-rekan Generasi Z.

Jenderal Hoegeng yang lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921 sungguh seorang polisi yang jujur dan amanah. Beliau dengan setia mengabdi selaku Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 pada periode 1968 - 1971.

Kebetulan ada sepotong sejarah Jenderal Hoegeng yang terkait dengan kota asal saya, Yogyakarta. Beliau pernah menjalani masa sekolah menengah di AMS-A Westerns Klasiek di Yogyakarta pada 1937.

Bagi warga Yogyakarta, sekolah AMS-A Westerns Klasiek yang kini menjadi SMA Negeri 1 itu adalah sekolah dambaan. Setiap anak SMP di Kota Pelajar pasti ingin diterima sebagai siswa SMAN 1 Yogyakarta yang mendapat julukan SMA Teladan. Sekolah ini memang selalu mencetak prestasi sehingga menjadi salah satu SMA favorit.

SMA Negeri 1 'Teladan', sumber: kompas.com
SMA Negeri 1 'Teladan', sumber: kompas.com

Sungguh indah bahwa Jenderal Hoegeng menjadi sosok polisi teladan, seperti julukan SMA beliau saat ini. Keluarga besar kami sangat mengagumi sosok Jenderal Hoegeng yang bersahaja dan mengayomi.

Kebetulan, dalam keluarga besar kami, ada tiga paman yang menjadi anggota Polri. Sayangnya, dua di antaranya sudah berpulang. Seorang paman saya yang sudah meninggal terakhir berdinas di Polsek Salam, Magelang dan satu lagi paman saya bertugas terakhir di Jakarta.

Sementara paman saya yang masih segar bugar kini mengabdi di wilayah hukum Polres Gunung Kidul, DIY. Paman saya ini dicintai atasan dan bawahan serta akrab dengan masyarakat di tempat tugasnya.

Ketertarikan keluarga besar kami untuk mengabdi negara, antara lain dengan menjadi anggota Polri, sedikit banyak dipengaruhi sosok almarhum kakek kami. Kakek kami adalah seorang anggota TNI AD yang hidup sederhana dan sangat dicintai banyak orang karena keramahannya.

Keluarga Pengabdi Negara, sumber: dokumen pribadi
Keluarga Pengabdi Negara, sumber: dokumen pribadi

Polisi zaman kini: berhati Jenderal Hoegeng

Mari kembali ke profil Jenderal Hoegeng. Ada aneka keutamaan seorang polisi yang ditunjukkan Jenderal Hoegeng semasa hidup beliau: Hoegeng yang semoga menjadi teladan bagi anggota Polri zaman sekarang.

Pertama, kejujuran

Hoegeng pernah bertugas sebagai Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatra Utara (sejak 1956-1960) di Medan. Waktu itu wilayah Medan dikenal sebagai daerah pusat perjudian dan penyelundupan.

Seperti lazimnya praktik suap pada masa itu, sejumlah bandar judi mencoba meluluhkan hati Hoegeng dengan suap berupa rumah dan mobil mewah. Alih-alih tunduk pada bandar judi, Hoegeng memilih tinggal di hotel sampai akhirnya menerima fasilitas rumah dinas yang resmi.

Para cukong judi tak menyerah begitu saja. Mereka mengirim aneka perabot mewah ke rumah dinas Hoegeng. Hoegeng yang terkejut ketika rumah dinasnya telah dipenuhi perabot akhirnya menyuruh agar perabot haram itu dibuang keluar. Aksi jujur Hoegeng mendapat simpati warga Medan.

Kedua, kesederhanaan hidup

Hoegeng dikenal sebagai polisi yang hidup ugahari. Beliau berupaya mencukupkan diri dan keluarganya dengan penghasilan yang didapat dari keringat dan kerja keras.

Setelah menjabat sebagai Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara, pada 1960 Hoegeng dipercaya menjadi Kepala Jawatan Imigrasi. Kala itu istri beliau memiliki sebuah toko bunga di garasi rumah mereka di Jalan Muhammad Yamin, Jakarta.

Hoegeng meminta Merry, istrinya untuk menutup toko bunga yang selama ini menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga. Rupanya Hoegeng tidak ingin para pejabat dan kolega membeli bunga di toko Merry demi menyenangkan hati Hoegeng selaku Kepala Imigrasi.

Ibu Merry Hoegeng, sumber: merdeka.com
Ibu Merry Hoegeng, sumber: merdeka.com

Hoegeng memilih hidup ugahari daripada mendapatkan gelimang uang berbumbu konflik kepentingan. Selain itu, Hoegeng juga peduli pada nasib toko-toko bunga lain yang bisa kehilangan pelanggan jika toko bunga istrinya terlalu laris.

Kepedulian pada orang kecil dan sikap mengutamakan kerja keras ini sudah tampak saat Hoegeng menjadi siswa SMA di Yogyakarta. Sembari menuntut ilmu, Hoegeng rupanya membentuk band Hawaian guna mendapat penghasilan.

Puncak kesederhanaan Hoegeng tampak justru pada akhir masa pengabdiannya sebagai Kapolri. Selepas pensiun, Hoegeng tidak punya rumah dan mobil pribadi. Tersentuh oleh situasi itu, Kapolri Mohammad Hasan mengalihkan rumah dinas Hoegeng menjadi milik sang polisi budiman. Beberapa kapolda ramai-ramai patungan guna membelikan Holden Kingswood untuk Hoegeng.

Polisi masa kini bersemangat "Presisi"


Jenderal Hoegeng wafat pada 14 Juli 2004 di Jakarta pada umur 82 tahun. Meski telah berpulang, semangat keteladanan Hoegeng terus aktual bagi para anggota Polri zaman kiwari.

Semangat dan etos kerja Jenderal Hoegeng selaku salah satu sokoguru Polri ini kiranya menjadi inspirasi pula bagi Kapolri saat ini, Jendral Listyo Sigit Prabowo dan seluruh jajaran Polri.

Ketika menjalani uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR, pada 20 Januari 2021, Komjen Listyo Sigit menyampaikan 16 program prioritas dan 8 komitmen jika beliau terpilih menjadi Kapolri.

Pokok pertama dari 8 komitmen itu adalah menjadikan Polri sebagai institusi yang prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan (Presisi):

1. Prediktif

Pemolisian prediktif diwujudkan dalam model pemolisian prediktif (predictive policing). Fokusnya adalah kemampuan untuk memprediksi situasi dan kondisi yang menjadi isu dan permasalahan serta potensi gangguan kamtibmas.

Tindakan kepolisian dilaksanakan berdasarkan prediksi yang bertumpu pada analisis fakta, data, dan informasi. Harapannya, Polri dapat memecahkan masalah secara tuntas. Demikian papar Bapak Kapolri Listyo Sigit.

Saya sangat sepakat dengan aspek prediktif ini. Saat ini hampir seluruh gerak organisasi modern bertumpu pada kemampuan membaca data. Sherlock Holmes menulis, "It is a capital mistake to theorize before one has data." Ya, suatu kesalahan besar jika kita berteori tanpa memiliki data terlebih dahulu.

Sementara itu, Geoffrey Moore menyatakan bahwa tanpa big data, kita menjadi orang buta dan tuli di tengah jalan. Tentu Polri sedang terus bergerak mewujudkan pemolisian prediktif berdasarkan big data agar mampu menjawab tantangan zaman kiwari.

Saya teringat kisah rekan saya yang bekerja di California, Amerika Serikat. Suatu hari dia diikuti oleh mobil polisi. Karena menyadari bahwa ia melakukan kesalahan, rekan saya menghentikan laju mobilnya.

Sang polisi dengan ramah menyapa rekan saya itu sambil menyebut nama lembaga tempat kerjanya. Ini mungkin terjadi karena di setiap mobil patroli polisi AS, tersedia alat untuk melacak pemilik kendaraan berdasarkan nomor polisi. Inilah keunggulan big data dalam praktik pemolisian di negara modern. Semoga Polri pun bisa sekeren itu!

2. Responsibilitas

Responsibilitas berarti sikap bertanggung jawab yang meraga dalam perkataan, perbuatan, dan pelaksanaan tugas kepolisian demi menjamin kepentingan dan harapan masyarakat dalam menciptakan keamanan.

Tindak Tegas Premanisme, sumber: Instagram divisihumaspolri
Tindak Tegas Premanisme, sumber: Instagram divisihumaspolri

Saya terkesan dengan sikap bertanggung jawab yang ditunjukkan paman saya yang berdinas di Polres Gunung Kidul. Sewaktu menjabat kapolsek, paman saya ini rajin memantau kondisi warga dan bawahan melalui HT bahkan sampai dini hari.

Apabila ada situasi genting, paman saya juga selalu siap sewaktu-waktu meluncur ke TKP untuk terjun langsung sebagai atasan yang bertanggung jawab. Pernah juga terjadi perampokan yang membuatnya tak tidur nyenyak berhari-hari selama upaya mengungkap kasus ini.

3. Transparansi Berkeadilan

Transparansi berkeadilan merujuk pada perwujudkan prinsip, cara berpikir, dan sistem yang terbuka, proaktif, responsif, humanis, dan mudah untuk diawasi.

Bapak Kapolri Listyo Sigit menyatakan, anggota Polri perlu senantiasa melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat secara mudah, cepat, transparan, humanis, dan bertanggung jawab.

Pengalaman saya sebagai kerabat tiga anggota Polri dan juga sebagai warga biasa yang diperlakukan humanis oleh anggota Polri menjadi bukti bahwa polisi budiman seperti Jenderal Hoegeng itu ada banyak, namun sering kurang disorot media.

Testimoni terhadap Kinerja Kapolri, sumber: instagram divisihumaspolri
Testimoni terhadap Kinerja Kapolri, sumber: instagram divisihumaspolri

Kemudahan membuat SKCK di Polres Gunungkidul cukup menyita perhatian saya. Pasalnya, kita tidak akan bingung lagi harus berbuat apa karena terdapat Duta Pelayanan Masyarakat yang bertugas menerangkan secara detail proses pembuatan SKCK. Keramahan dan kecepatan para petugas patut diacungi jempol. Dalam waktu sekitar 30 menit SKCK saya langsung jadi.

Saya yakin, citra Polri akan semakin membaik jika seluruh anggota Korps Polri berhati Jenderal Hoegeng dan bersemangat "Presisi". Jika anak-anak dan generasi muda melihat kebaikan anggota Polri di lapangan, tentu makin banyak teruna-teruni tertarik menjadi bagian dari keluarga besar Polri.

Ini bukan pepesan kosong. Menurut hasil survei Alvara Strategi Indonesia, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri mencapai 86,5 persen. Angka ini merupakan peningkatan signifikan dari angka tahun lalu yakni 70,8 persen. Demikian penjelasan Kapolri Sigit Prabowo dalam Raker Polri dengan Komisi III DPR RI pada 16 Juni lalu.

Kepercayaan Publik Meningkat, sumber: Instagram divisihumaspolri
Kepercayaan Publik Meningkat, sumber: Instagram divisihumaspolri

Dirgahayu Polri. Selamat HUT Bhayangkara ke-75 pada 1 Juli 2021. Jadilah senantiasa Rastra Sewakotama: Abdi Utama bagi Nusa Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun