Si usia belia
Tau apa kamu
bahwa aku harus bermain petak umpet
bersama tetangga samping rumah
barulah aku bahagia?
Duduk manis
bermain Mobile Legends
tanpa tatap muka saja
cukup membuatku bahagia.
Tak perlu kapur, gaco
apalagi sampai harus bermandikan debu dan tanah
seperti katamu.
Wifi, paketan, dan perangkat lunak
bisa menemaniku seharian penuh.
Tau apa kamu
bahwa aku harus
menempati peringkat pertama
di sekolah
baru aku merasa riang gembira?
Followers TikTok 1 juta
sangat cukup membuatku sujud syukur
dan merayakannya di restaurant persimpangan kota
Tak perlu payah-payah menghafal materi siang malam
demi membuat diri sendiri  bangga
Kata mereka si dewasa
Tau apa kamu
bahwa gaji bejibun
membuat aku damai senantiasa?
Aku harus lulus cumlaude
di perguruan tinggi ternama
barulah bisa bahagia?
Lantas, apakah menjadi CEO
kurang bisa dibanggakan?
Pernah menjadi ketua BEM
suatu hal yang menyedihkan?
Tidak, bahkan melebihi bahagiaku.
Haruskah aku cepat-cepat kawin
sebelum berkepala tiga
supaya tetanggaku
tidak lagi menggunjing
dan aku bahagia?
Padahal tidur tanpa rengekan bayi
adalah momen yang tak akan terulang kembali
Tak perlu bangun pagi-pagi
untuk menyiapkan makanan suami
Hanya memikirikan diri sendiri saja
Aku sudah sangat bahagia
Adakah kebahagiaanku tidak lengkap tanpa itu semua?
Janganlah standar bahagiamu dikenakan kepada kami
Bukan kamu yang tahu seberapa takaran bahagiaanku
Hidupmu adalah milikmu
Hidupku adalah milikku
Tidak bisakah kamu bersikap sedikit lebih bodo amat karena aku sudah sangat bodo amat terhadap hidupmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H