Ancaman gempa megathrust bukanlah sekadar spekulasi, melainkan kenyataan yang terus mengintai di sepanjang zona subduksi Indonesia. Gempa megathrust memiliki potensi untuk memicu bencana besar, seperti gempa bumi dan tsunami yang bisa menimbulkan kerusakan luas.Â
Sebagai negara yang terletak di Cincin Api Pasifik, Indonesia harus bersiap menghadapi bencana ini. Persiapan masyarakat dan infrastruktur menjadi kunci untuk mengurangi dampak bencana, namun sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi gempa megathrust?Â
Persiapan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah berupaya membangun sistem peringatan dini dan mengadakan simulasi gempa.Â
Namun, kesadaran masyarakat di daerah-daerah yang berisiko tinggi juga sangat penting. Apakah kita sudah memahami betul apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi? Dan apakah kita siap untuk bergerak cepat?Â
Waktu terjadinya gempa megathrust tidak bisa diprediksi dengan akurat. Indonesia telah mengalami berbagai gempa besar sepanjang sejarah, dan setiap saat potensi gempa berikutnya bisa terjadi.Â
Oleh karena itu, kita tidak boleh menunggu bencana untuk bertindak. Setiap hari adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri dan memahami apa yang perlu dilakukan saat terjadi gempa. Namun, apakah masyarakat sudah cukup tanggap akan hal ini, atau masih terlalu bergantung pada sistem peringatan dini?Â
Zona berisiko tinggi tersebar di beberapa daerah, seperti pantai barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Daerah-daerah ini berada di jalur zona subduksi yang rawan terhadap gempa megathrust dan tsunami. Selain itu, daerah pesisir yang padat penduduk sering kali kurang dipersiapkan untuk evakuasi massal.Â
Pertanyaan penting yang harus dijawab adalah, apakah infrastruktur di wilayah-wilayah tersebut sudah cukup kuat? Dan bagaimana kesiapan masyarakat pesisir menghadapi potensi bencana?Â
Mengapa kita perlu mempersiapkan diri menghadapi gempa megathrust? Karena ancamannya sangat besar. Gempa megathrust bisa menyebabkan tsunami besar dan kerusakan parah pada infrastruktur.
 Persiapan tidak hanya mengurangi jumlah korban, tetapi juga mempercepat proses pemulihan pasca-bencana. Meski demikian, kesadaran tentang bencana ini tampaknya masih belum merata di seluruh lapisan masyarakat. Apakah kita cukup peduli dengan potensi bencana ini, atau menganggapnya sebagai ancaman yang jauh dari kenyataan?
Bagaimana kita bisa lebih siap? Selain mengikuti pelatihan dan simulasi evakuasi, penting juga untuk memahami tanda-tanda alam yang bisa mengindikasikan gempa. Di beberapa tempat, hewan dianggap mampu merasakan perubahan geofisika sebelum gempa terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah aktivitas hewan di sekitar kita bisa menjadi tanda adanya gempa?Â
Untuk memperdalam analisis ini, saya berbicara dengan beberapa warga di kawasan Dago, Bandung, yang pada tanggal 27 Februari 2024 Â ini sering melihat monyet berkeliaran di sekitar permukiman. Beberapa warga bertanya-tanya, apakah hal ini bisa menjadi tanda adanya gempa besar yang akan terjadi.Â
Rudi, seorang pedagang di kawasan Dago, menjawab, "Saya rasa mungkin mereka kekurangan makanan di hutan. Kan sekarang banyak pembangunan di daerah ini, mungkin itu juga yang mengusir mereka dari habitat asli."
Disisi lain, Dias selaku anak muda  memberikan pandangan yaitu "dikarenakan monyet termasuk hewan yang sensitif terhadap bencana alam sama halnya dengan kucing mereka bisa merasakan ketidak nyamanan suatu tempat jika akan terjadi bencana alam, mungkin monyet tersebut merasakan ada pergerakan yang aneh di dalam tanah sehingga mereka turun ke wilayah masyarakat."
Selain itu juga, Dias pun menanggapi bahwa pertanda monyet ini ke wilayah masyarakat  adanya bencana alam seperti gempa megathrust ini yaitu, "Kemungkinan besar ada karena  beberapa waktu kebelakang kawanan monyet turun ke wilayah masyarakat karena gunung Tangkuban Perahu yang tiba tiba aktif secara mendadak, kemungkinan besar jika memang akan terjadi gempa megathrust tidak hanya kawanan monyet saja yang akan turun bahkan hewan - hewan lain juga ikut serta karena merasa terancam."
Dari wawancara ini, terlihat adanya pandangan yang beragam di kalangan masyarakat Dago terkait fenomena monyet yang berkeliaran di pemukiman.Â
Beberapa percaya bahwa perilaku ini bisa jadi tanda bencana alam, seperti gempa megathrust, berdasarkan cerita lama dan keyakinan bahwa hewan dapat merasakan perubahan di alam sebelum manusia. Namun, ada juga yang lebih memilih untuk berfokus pada mitigasi bencana yang berbasis ilmu pengetahuan dan kebijakan pemerintah.
Fenomena turunnya hewan liar seperti monyet memang sering dikaitkan dengan perubahan alam, tetapi yang terpenting adalah kesiapsiagaan kita sebagai masyarakat dalam menghadapi bencana, baik melalui sistem peringatan dini maupun kesadaran akan langkah-langkah evakuasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H