Mohon tunggu...
Marsanda Eka Nurjayanti
Marsanda Eka Nurjayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 2

My hobby is writing but not only that, like playing and hanging out with friends

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Kelumpuhan Otak pada Perkembangan Kognitif Anak

28 Mei 2024   23:20 Diperbarui: 2 Juni 2024   21:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Palsi Serebal merupakan kelainan motorik yang sering dijumpai pada anak. Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan otak yang menetap, tidak progresif , terjadi pada usia dini dan merentangi pertumbuhan otak normal. Dalam istilah Palsi Serebral ini mencakup berbagai gambaran klinis, sebagai akibat rusaknya jaringan otak atau perkembangan yang abnormal pada masa prenatal natal atau pasca natal. Ada banyak sumber kerusakan jaringan otak yang dapat menyebabkan palsi serebral. Ini dapat terjadi pada satu area tertentu atau menyebar ke seluruh korteks hingga batang otak. Berbagai gangguan dapat menyerang jaringan otak secara bersamaan atau secara terpisah pada berbagai tahap pertumbuhannya. Lebih dari 50% pasien dengan manifestasi klinis palsi serebral juga mengalami retardasi mental. Selain kelainan motorik, gangguan ini sering disertai dengan gangguan yang lain seperti strabismus dan pendengaran.

Gangguan tersebut biasanya disebabkan oleh gangguan kromoson atau zat teratogenik yang terjadi pada delapan minggu pertama kehamilan, yang mengganggu embriogenesis dan menyebabkan malformasi organ yang parah. Zat teratogenik yang terjadi sesudah trimeter I kehamilan juga mempengaruhi maturasi otak. Kelainan mikro anatomi dapat disebabkan oleh hipoksik iskemik sebagai akibat sekunder migrasi neural crest dari neuron. Ini dapat menyebabkan iskemi atau perdarahan otak, yang dapat menyebabkan infark otak. Jika seseorang terkena korteks motorik karena berbagai alasan di atas, mereka dapat mengalami kelainan yang disebut palsi serebral. Palsi serebral ditandai dengan lambatnya perkembangan motorik, kelainan sikap atau gerakan tubuh, dan tonus otot.

Banyak anak dengan palsi serebrum mengalami keterlambatan perkembangan intelektual, masalah belajar, masalah perhatian, dan masalah memori. Namun, tingkat kerusakan otak ini sangat bervariasi dari satu anak ke anak lainnya, tergantung pada lokasi dan tingkat kerusakan otak. Kemudian pada masa pra sekolah anak akan merasakan perbedaan dengan teman sebanyanya. Bila anak bertemu dengan teman sebayanya yang normal mereka sudah dapat merasakan bahwa dirinya berbeda. Mulai muncul kecemasan tentang kecacatan yang diderita dan potensi konsekuensi di masa yang akan datang. Mereka awalnya berpikir kecacatannya sementara, tetapi ketika mereka menjadi lebih dewasa dan melihat teman sebaya yang biasa, mereka merasa kecacatannya akan tetap ada. Akibatnya, mereka menjadi lebih tertekan, mengalami perasaan tidak berguna, ingin mati, dan merasa dihukum.

Orang tua berperan penting dalam menangani masalah tersebut. Peran yang dilakukan oleh orangtua menurut BKKBN (1997) meliputi lima hal yaitu peran orangtua sebagai motivator, peran orang tua sebagai panutan, peran orangtua sebagai pendidik, peran orangtua sebagai teman dan peran orangtua sebagai pengawas. Ada berbagai cara orangtua mengawasi anaknya. Ada yang memberikan kebebasan kepada anaknya tetapi tetap mengontrolnya. Ada juga orangtua yang membuat anaknya tidak dapat berpindah atau membahayakan orang lain atau dirinya sendiri. Ada juga orangtua yang terlalu melindungi anaknya dengan melindunginya dari gangguan dan bahaya fisik dan psikologis sampai anak mendapatkan kebebasan yang sama. 

Selain itu orang tua juga dapat mengajaknya untuk terapi fisik dan okupasional dapat membantu mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif. Terapi wicara dan bahasa dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang penting untuk interaksi sosial dan perkembangan kognitif. Dan terakhir anak juga bisa diajak sekolah dengan lingkungan pendidikan yang mendukung, jadi anak akan terbiasa berpikir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun