Al-mau`izhah al-hasanah yaitu memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, dan menghindari sikap kasar. Tujuan dari mau'izhah al-hasanah, atau nasihat yang baik, adalah agar orang yang dinasihati dengan rela hati dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh subjek dakwah.
Cara berdakwah atau bertablig yang disenangi, al-mau'izha hasanah mendekatakan sesuatu kepada orang lain tanpa menjerat mereka, memudahkan dan tidak menyulitkan. Singkatnya, ia adalah suatu metode untuk mengesankan sasaran dakwah dengan menggambarkan juru dakwah sebagai teman dekat yang menyayanginya dan berusaha untuk segala hal yang dapat membahagiakannya dan bermanfaat baginya.Â
Dengan demikian metode dakwah dalam surat al-nahl ayat 125, selanjutnya merupakan ali-imran ayat 104 yang berbunyi:Â
 Â
Artinya: "Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."Â
Dalam ayat ini, Quraish Shihab menjelaskan metode dakwah hendaknya menyampaikan pesan dakwah tidak dengan paksaan sebaliknya, sampaikanlah pesan dakwah dengan persuasif dan diiringi dengan ajakan yang baik. Dengan kata lain, dai harus dapat menyampaikan pesannya serta mempengaruhi sasarannya untuk mengikuti atau melaksanakan kebaikan yang disampaikan dalam dakwah. Jika dakwah disampaikan dengan keras atau memaksakan, sasarannya tidak akan mau mendengarkannya lagi.Â
Begitu juga dalam tafsir Muyassar bahwasanya dakwah yang dijalankan dengan lemah lagi kasih sayang, niscaya dia memperoleh cita-citanya yang besar dalam dakwah dan mendapatkan kedudukan terbaik.Â
Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud, M.A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H