Mohon tunggu...
Marlina Sijabat
Marlina Sijabat Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya memiliki hobi bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Teori Belajar Humanistik Pada Pendidikan Anak Sekolah Minggu di Gereja HKBP Aeknatolu

19 Desember 2022   01:29 Diperbarui: 19 Desember 2022   01:32 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I Pendahuluan

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil interaksi antar lingkungan sekitarnya. Perubahan yang terjadi sebagai hasil proses pembelajaran meliputi tingkah laku dan sikap, pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan reaksinya dalam menghadapi suatu situasi.

Dalam pembelajaran ada 4 teori belajar yang mendukung yaitu:1. Teori belajar Behavioristik 2. Teori belajar kognitif, 3. Teori belajar Humanistik dan teori belajar sosial. Dari keempat teori belajar yang telah disebutkan maka teori yang akan dibahas secara mendalam ialah teori belajar humanistik.

Salah satu tokoh teori humanistik Carl Rogers menyatakan bahwa proses belajar membutuhkan sebuah sikap saling menghargai dan memahami antara murid dan guru. Tanpa adanya prasangka dari kedua belah pihak, dengan begitu proses belajar dapat berjalan dengan baik. penerapat teori humanistik lebih menunjuk pada roh dan spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Teori ini lebih menekankan peran seseorang yang menjadi fasilitator atau penyalur motivasi dan dukungan kepada orang-orang sebagai penumbuh motivasi dalam belajar.

Dari sedikit pemaparan di atas maka akan dibahas secara detail pada bab berikutnya mengenai teori humanistik.

Bab II Pembahasan

SEJARAH SINGKAT SEKOLAH MINGGU

Sekolah minggu merupakan wadah anak-anak untuk mendapatkan pendidikan kristiani. Sebelum pendidikan sekolah minggu didirikan, di dalam alkitab (Ulangan 6:4-7) sudah lebih dahulu diberi perhatian untuk memberi didikan rohani kepada anak melalui orang terdekat yaitu Orang Tua. Bahkan Tuhan Yesus sendiri pun sama seperti anak-anak lain menerima pengajaran Taurat di sinagoge.

Pendidikan sekolah minggu merupakan sebuah usaha pendidikan yang menolong anak-anak yang kurang mampu dan tumbuh liar di lingkungan masyarakat miskin.

Robert Raikes atau yang dikenal sebagai Bapa Sekolah Minggu adalah seorang wartawan yang hatinya tergerak untuk mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu. Pada abad ke 18 Inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini menyebabkan semua orang harus bekerja termasuk anak-anak yang dipaksa untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada saat itu wartawan Robert Raikes mendapat pekerjaan meliput atau mencari berita mengenai anak-anak gelandangan di Glucester untuk koran harian milik ayahnya. Saat Robert sedang menjalankan tugas, ia sangat prihatin melihat anak-anak yang nakal dan melakukan kejahatan di hari minggu. Karena senin sampai sabtu adalah waktu mereka bekerja dan hari minggu merupakan hari mereka bisa bersenang-senang, namun kebanyakan dari mereka melakukan kenakalan karena mereka tidak mendapat pendidikan. Hal inil menimbulkan keinginan Robert untuk mendidik anak-anak nakal tersebut dan mengajar dengan metode membaca Alkitab dan mengingat di luar kepala. Tetapi kegiatan mengajar dan mendidika anak-anak tersebut tidak berjalan dengan baik karena anak-anak yang nakal dan susah di atur sehingga Robert sempat mengalami kesulitan. Robert tidak menyerah ia terus berusaha dan sampai akhirnya anak-anak itu secara perlahan mau belajar dan menerima didikan. Setelah 4 tahun kemudian Robert Raikes berhasil dan pendidikan anak pada hari minggu menjadi populer di Inggris pada saat itu. Terhitung 250.000 anak-anak di seluruh inggris yang mengikuti ibadah setiap hari minggu. Pada tahun 1783 Robert Raikes berhasil dan bekerja sama dengan Pendeta Stock untuk membangun  dan merealisasikan pendidikan sekolah minggu.

PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN  SEKOLAH MINGGU DI GEREJA HKBP AEKNATOLU

        Setelah mengetahui sejarah pendirian sekolah minggu yang dilakukan oleh Robert Raikes, hal itu juga tidak jauh berbeda pada saat gereja HKBP belum dibangun. Kebanyakan anak-anak mengikuti orang tuanya untuk bekerja pada hari senin sampai sabtu dan mereka akan bermain-main pada hari minggu.

         Setelah pembentukan ibadah pada tahun 1894 di gedung sekolah, anak-anak belum mendapatkan didikan kristiani. Karena hanya orang-orang dewasa saja yang pergi ibadah pada hari minggu. Setelah pembangunan gereja selesai pada tahun 1896 disitulah pendidikan anak-anak sekolah minggu dibentuk. Sekolah minggu diadakan pertama kali dan pengajarnya masih dari resort lumban julu. Pelaksanaan sekolah minggu sering tidak berjalan dengan lancar karena pengajar yang ditunjuk mengalami kesulitan dalam perjalanan pada waktu itu. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa angkutan umum masih sangat jarang ada. Maka dibuatlah keputusan untuk memilih pengajar sekolah minggu dari jemaat HKBP Aeknatolu yang bersedia dan sukarela. Dengan dibantu oleh penatua maka terpilih lah TIAR RAJAGUKGUK sebagai pengajar sekolah minggu pertama. Jumlah anak sekolah minggu saat itu ada sebanyak kurang lebih 30 orang. Jumlah yang sudah sangat lumayan banyak pada saat itu. Ajaran-ajaran yang dilakukan masih sederhana seperti belajar lagu-lagu pujian anak-anak dan  membaca alkitab melalui bimbingan guru sekolah minggu. Seiring berjalannya waktu, anak-anak sekolah minggu sudah mulai mengikuti perlombaan dengan anak-anak sekolah minggu dari gereja yang berbeda. Setelah bertahun-tahun lamanya, perkembangan anak sekolah minggu pun semakin banyak perubahan baik dalam pengajaran maupun dalam memahami isi Alkitab. Pada tahun 2000-2018 guru sekolah Minggu berganti menjadi ITA IDA MANIK, P. DAMANIK dan pada tahun 2018-2020 NUR MANURUNG bergabung menjadi guru sekolah minggu. Pada pergantian guru sekolah minggu, jumlah anak-anak sudah mencapai kurang lebih 60 orang. Dan sistem belajar pun diubah dan anak-anak dipisahkan menjadi 3 bagian sesuai dengan usia atau kelas.

Horong 1 adalah anak-anak sekolah minggu yang masih sekolah PAUD atau TK. Metode belajar yang dilakukan pada anak-anak ini lebih dominan belajar nyanyian pujian dan guru mengajarkan alkitab dengan cara sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak.Horong 2 adalah anak-anak sekolah minggu kelas 1-3 SD dan Horong 3 untuk anak kelas 4-6 SD.Semakin bertambah tahun maka perkembangan anak sekolah minggu semakin banyak.

         Pada saat ini pengajar-pengajar sekolah minggu berganti yaitu Dewi Manurung, Masta Pakpahan dan Ita Ida Gultom yang mengajari anak-anak sekolah minggu sebanyak 90 orang setiap hari minggu. Berbagai kegiatan-kegiatan anak seperti melakukan Minggu Ceria setiap 2 kali setahun. Minggu ceria adalah minggu dimana anak-anak melakukan berbagai perlombaan untuk mempererat hubungan dan keharmonisan anak-anak sekolah minggu. Anak-anak juga akan mengikuti perlombaan antar sekolah minggu dari gereja lain yang dilaksanakan setiap 1 kali satu tahun. Setiap perayaan natal pun selalu dilaksanakan dengan baik yang diikuti oleh semua anak tanpa terkecuali.

Kegiatan-kegiatan sekolah minggu ini membuat anak-anak saat ini lebih memiliki kepribadian yang baik, mudah diatur dan sudah paham untuk membedakan mana yang baik dan yang jahat. Dengan adanya sekolah minggu ini maka orang tua dan juga pihak sekolah sangat terbantu untuk memperdalam pengetahuan dan bimbingan kristiani anak saat ini.

PENERAPAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK PADA ANAK SEKOLAH MINGGU

Teori belajar humanistik merupakan teori yang lebih mengutamakan pendidikan untuk memanusiakan manusia. Teori ini memiliki tujuan untuk menghasilkan manusia-manusia yang dicita-citakan atau dinginkan dalam arti manusia yang mempunyai akal yang cerdas dan dapat berguna bagi siapa saja. Pendidikan dengan teori ini tentunya harus diterapkan sejak usia dini, karena pada usia ini anak sangat mudah dibentuk kepribadiannya. Seperti pohon waktu kecil kita bisa dengan mudah membentuk batangnya dengan teliti dan hati-hati sesuai dengan kemauan kita. Namun ketika pohon kecil yang ingin  dibentuk dipaksa dengan tidak hati-hati maka pohon kecil itu bisa saja patah bahkan mati. Begitu juga dengan anak kecil yang jika kita memaksa kepribadiannya harus sesuai dengan keinginan kita pertumbuhan anak tersebut tidak akan baik karena selalu merasa tertekan.

Penerapan teori humanistik inilah yang dapat membentuk pribadi anak, terutama anak sekolah minggu yang diajarkan untuk mengenali penciptanya. Ketika anak sudah dibentuk kepribadiannya dengan pertumbuhan rohani maka dia akan tumbuh menjadi anak yang dapat membawa manfaat di sekitarnya. Hal ini tidak jauh dari pengaruh pengajar dari anak sekolah minggu tersebut, karena hal ini menyangkut memanusiakan manusia, jadi pengajar tersebut harus bisa menjadi sumber motivasi yang mendorong untuk melakukan dan berbuat hal-hal yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun