Mohon tunggu...
Marlina Sijabat
Marlina Sijabat Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya memiliki hobi bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Teori Belajar Humanistik Pada Pendidikan Anak Sekolah Minggu di Gereja HKBP Aeknatolu

19 Desember 2022   01:29 Diperbarui: 19 Desember 2022   01:32 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

        Setelah mengetahui sejarah pendirian sekolah minggu yang dilakukan oleh Robert Raikes, hal itu juga tidak jauh berbeda pada saat gereja HKBP belum dibangun. Kebanyakan anak-anak mengikuti orang tuanya untuk bekerja pada hari senin sampai sabtu dan mereka akan bermain-main pada hari minggu.

         Setelah pembentukan ibadah pada tahun 1894 di gedung sekolah, anak-anak belum mendapatkan didikan kristiani. Karena hanya orang-orang dewasa saja yang pergi ibadah pada hari minggu. Setelah pembangunan gereja selesai pada tahun 1896 disitulah pendidikan anak-anak sekolah minggu dibentuk. Sekolah minggu diadakan pertama kali dan pengajarnya masih dari resort lumban julu. Pelaksanaan sekolah minggu sering tidak berjalan dengan lancar karena pengajar yang ditunjuk mengalami kesulitan dalam perjalanan pada waktu itu. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa angkutan umum masih sangat jarang ada. Maka dibuatlah keputusan untuk memilih pengajar sekolah minggu dari jemaat HKBP Aeknatolu yang bersedia dan sukarela. Dengan dibantu oleh penatua maka terpilih lah TIAR RAJAGUKGUK sebagai pengajar sekolah minggu pertama. Jumlah anak sekolah minggu saat itu ada sebanyak kurang lebih 30 orang. Jumlah yang sudah sangat lumayan banyak pada saat itu. Ajaran-ajaran yang dilakukan masih sederhana seperti belajar lagu-lagu pujian anak-anak dan  membaca alkitab melalui bimbingan guru sekolah minggu. Seiring berjalannya waktu, anak-anak sekolah minggu sudah mulai mengikuti perlombaan dengan anak-anak sekolah minggu dari gereja yang berbeda. Setelah bertahun-tahun lamanya, perkembangan anak sekolah minggu pun semakin banyak perubahan baik dalam pengajaran maupun dalam memahami isi Alkitab. Pada tahun 2000-2018 guru sekolah Minggu berganti menjadi ITA IDA MANIK, P. DAMANIK dan pada tahun 2018-2020 NUR MANURUNG bergabung menjadi guru sekolah minggu. Pada pergantian guru sekolah minggu, jumlah anak-anak sudah mencapai kurang lebih 60 orang. Dan sistem belajar pun diubah dan anak-anak dipisahkan menjadi 3 bagian sesuai dengan usia atau kelas.

Horong 1 adalah anak-anak sekolah minggu yang masih sekolah PAUD atau TK. Metode belajar yang dilakukan pada anak-anak ini lebih dominan belajar nyanyian pujian dan guru mengajarkan alkitab dengan cara sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak.Horong 2 adalah anak-anak sekolah minggu kelas 1-3 SD dan Horong 3 untuk anak kelas 4-6 SD.Semakin bertambah tahun maka perkembangan anak sekolah minggu semakin banyak.

         Pada saat ini pengajar-pengajar sekolah minggu berganti yaitu Dewi Manurung, Masta Pakpahan dan Ita Ida Gultom yang mengajari anak-anak sekolah minggu sebanyak 90 orang setiap hari minggu. Berbagai kegiatan-kegiatan anak seperti melakukan Minggu Ceria setiap 2 kali setahun. Minggu ceria adalah minggu dimana anak-anak melakukan berbagai perlombaan untuk mempererat hubungan dan keharmonisan anak-anak sekolah minggu. Anak-anak juga akan mengikuti perlombaan antar sekolah minggu dari gereja lain yang dilaksanakan setiap 1 kali satu tahun. Setiap perayaan natal pun selalu dilaksanakan dengan baik yang diikuti oleh semua anak tanpa terkecuali.

Kegiatan-kegiatan sekolah minggu ini membuat anak-anak saat ini lebih memiliki kepribadian yang baik, mudah diatur dan sudah paham untuk membedakan mana yang baik dan yang jahat. Dengan adanya sekolah minggu ini maka orang tua dan juga pihak sekolah sangat terbantu untuk memperdalam pengetahuan dan bimbingan kristiani anak saat ini.

PENERAPAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK PADA ANAK SEKOLAH MINGGU

Teori belajar humanistik merupakan teori yang lebih mengutamakan pendidikan untuk memanusiakan manusia. Teori ini memiliki tujuan untuk menghasilkan manusia-manusia yang dicita-citakan atau dinginkan dalam arti manusia yang mempunyai akal yang cerdas dan dapat berguna bagi siapa saja. Pendidikan dengan teori ini tentunya harus diterapkan sejak usia dini, karena pada usia ini anak sangat mudah dibentuk kepribadiannya. Seperti pohon waktu kecil kita bisa dengan mudah membentuk batangnya dengan teliti dan hati-hati sesuai dengan kemauan kita. Namun ketika pohon kecil yang ingin  dibentuk dipaksa dengan tidak hati-hati maka pohon kecil itu bisa saja patah bahkan mati. Begitu juga dengan anak kecil yang jika kita memaksa kepribadiannya harus sesuai dengan keinginan kita pertumbuhan anak tersebut tidak akan baik karena selalu merasa tertekan.

Penerapan teori humanistik inilah yang dapat membentuk pribadi anak, terutama anak sekolah minggu yang diajarkan untuk mengenali penciptanya. Ketika anak sudah dibentuk kepribadiannya dengan pertumbuhan rohani maka dia akan tumbuh menjadi anak yang dapat membawa manfaat di sekitarnya. Hal ini tidak jauh dari pengaruh pengajar dari anak sekolah minggu tersebut, karena hal ini menyangkut memanusiakan manusia, jadi pengajar tersebut harus bisa menjadi sumber motivasi yang mendorong untuk melakukan dan berbuat hal-hal yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun