Mohon tunggu...
Marlin Ari Astuti
Marlin Ari Astuti Mohon Tunggu... -

Don't judge me if you don't know about me.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Brush

19 Desember 2013   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku biasa dijual di toko rias, banyak wanita yang selalu mencari-cariku untuk dipakai merias wajah dan pipinya. Aku merasa jenuh karena sudah terlalu lama aku hanya terpajang ditoko ini tanpa ada yang membeliku dan menggunakanku. Tetapi suatu hari ada seorang wanita dengan paras wajahnya yang cantik dan rambut yang panjang mendatangi toko dimana aku dijual. Wanita itu bernama Barbara ia tak lain adalah seorang model cantik. Ditoko ini ia membeli beberapa alat make-up dan juga ia membeliku (blush). Aku sangat senang ketika ada orang yang akhirnya membeliku dari toko ini, jadi sekarang aku tak hanya terpajang saja, tetapi aku sudah bisa beraktifitas dengan merias wajah dan pipi wanita cantik ini.


Setelah Barbara membeliku, ia langsung menggunakanku untuk merias wajahnya sambil berbicara di depan cermin “Blush ini sangat bagus dan lembut sekali ketika digunakan dipipiku”. Tutur Barbara.


Aku sangat senang sekali saat mendengar Barbara berbicara seperti itu. Karena Barbara sangat menyukaiku ia menjadikanku suatu benda yang sangat berharga bagi dirinya. Kemanapun ia pergi aku selalu dibawanya di dalam tas mininya. Barbara merasa setelah merias wajahnya dengan aku, ia merasa semakin lebih cantik. Barbara juga menceritakan kepadanya teman sesama modelnya yaitu Claudia, jika aku sangat lembut sekali digunakan. Setelah Barbara menceritakan kepada temannya itu, Claudia pun tertarik untuk mencoba ku dan meminjamnya dari Barbara, karena Barbara memiliki sifat yang sangat baik hati, ia pun meminjamkan aku kepada temannya itu.


Saat ingin melakukan pemotretan Claudia merias wajahnya dengan mencoba menggunakanku. Setelah ia menggunakanku untuk merias wajahnya, Claudia berkata yang sama kepada Barbara kalau aku sangat nyaman dan lembut sekali saat digunakan dan hasil riasan make-up ku terliat lebih indah serta wajahku terlihat lebih cantik.


Claudia pun ingin meminjam aku lagi dari Barbara untuk beberapa hari kedepan, namun karena Barbara tak bisa pisah dariku, ia tak meminjamkan aku. Karena pemotretan sudah selesai dan hari pun sudah sangat larut malam, akhirnya Barbara berpamitan kepada Claudia untuk pulang.


Keesokan harinya saat ingin melakukan pemotretan kembali, mereka merias wajahnya bersama diruang make-up dan tak lupa dengan menggunakanku. Seperti biasa Claudia ingin meminjamku lagi dari Barbara. saat akan dilakukan pemotretan, Barbara mendapatkan giliran pertama untuk di foto. Seusai pemotretan Barbara kembali keruang make-up, ia mencariku di tas mininya untuk merias wajahnya kembali.


Namun ketika Barbara melihat ke tas mininya ia tak menemukanku, ia juga mencari di meja rias, tapi aku pun tak ada juga. Barbara terlihat sangat panik saat aku menghilang dari tas mininya. Ia lalu bertanya kepada Claudia tentang Blushnya yang hilang, tetapi Claudia tak mengetahuinya dimana aku berada. Ia juga bertanya kepada teman-temannya yang lain, dan mereka pun tak mengetahuinya.


Barbara terlihat sangat sedih ketika kehilanganku, sampai ia tak mau dirias tanpa mengunakanku. Sudah 3 hari aku hilang dan tak bersama Barbara. Aku juga merasa sangat sedih dan kangen dengan Barbara, aku ingin berada disampingnya lagi dan digunakan untuk merias wajahnya yang sangat cantik.
“Aku jenuh sekali karena sudah tiga hari ini aku berpisah dengan barbara. Aku sangat merindukannya, aku juga kangen dengan kelembutannya. Dengan Claudia aku diperlakukan kasar, dia tidak merawatku dengan sepenuh hati seperti yang biasa dilakukan oleh barbara. Aku sangat tersiksa bila terus menerus bersama Claudia, aku ingin kembali kepada Barbara.” said me.


Hingga suatu ketika Barbara melihat Claudia sedang merias wajahnya dengan menggunakan Blush yang mirip dengan Blush nya yang hilang, lalu Barbara langsung bertanya kepada Claudia.
Barbara    : Claudia, sepertinya aku mengenali Blush itu
Claudia      : Oh..iyah, Blush ini baru aku beli kemarin  (Berbicara dengan raut wajah panik)
Barbara    : memang kamu beli blush ini dimana?
Claudia      : Aku beli di toko tempat kamu beli blush bar..
Barbara    : tapi Kok Blush kamu sama seperti Blush aku yang hilang yah...
Claudia      : Oh... Mungkin hanya perasaan kamu saja
Barbara    : Coba aku lihat Blush nya (Langsung mengambilnya dari tangan Claudia)
Claudia      : Eh.. Bar, jangan main rebut saja dong (Berbicara dengan nada tinggi)


Setelah Barbara melihat dan memperhatikan Blush ini (aku), ternyata benar bahwa ini adalah aku yang hilang. Barbara terlihat sangat marah ketika mengetahui selama ini temannya sendiri “Claudia” yang mengambilku dari tas mininya.


Namun akhirnya Claudia menyadari dan mengakui bahwa ia yang telah mengambilku diam-diam dari tas mininya, dan Claudia pun segera meminta maaf kepada Barbara bahwa ia telah menyesali perbuatannya itu. Dengan sifat baik hatinya Barbara pun memaafkan Claudia dan Barbara tidak marah lagi dengannya. Dan pada akhirnya aku kembali lagi ke genggaman Barbara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun