Mohon tunggu...
Lina Hafs
Lina Hafs Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hanya seorang wanita sederhana yang senang menulis walau tak ada yang membaca...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dedaunan Kering

27 Mei 2023   15:45 Diperbarui: 27 Mei 2023   15:42 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdengar merdu tanpa jeda..

Telingaku mengawasi, suara apa gerangan mengusikku

Tak berbatas, terus berirama tanpa nada 

Namun bukan pula suara lagu tanpa rima

Baca juga: Damai dalam Rimba

Ah angin sepoi-sepoi membawa dedaunan kering  menggelinding

Menari-nari liukkan tubuh mereka bercampur rasa

mereka adalah daun-daun yang tercabut dari ranting

rapuh dan pasrah merelakan diri terbawa angin yang menggila

Owh... seperti itukah kawanan fakir yang dhuafa

merelakan tubuh mereka lapar walau telah berusaha

Akhir kata mereka pasrah atau main gila

merampas, mencuri, meminta-minta

Demi perut yang lapar, demi anak yang menangis

Demi melanjutkan perjalanan hidup yang tragis

Teh  hangatkupun kini menjadi dingin

sedingin hatiku membayangkan kesakitan

Bagaimana tidak, yang lapar semakin lapar

Yang kaya semakin kaya dan memancar

Terang bagaikan lampu yang takkan mati

Dan bangga tanpa ada rasa perduli 

Ah...teh manisku

Cukup kau yang pahami jiwaku...

*

@Lina_Hafs

Lombok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun