kopi sore itu
Menikmati secangkirDi sebuah desa lereng kaki gunung yang menakjubkan
Keberadaanku adalah kesengajaan melepas rindu
Sayang, kopiku tak hitam tersingkir oleh canggihnya zamanÂ
Owh alam, cantikmu tiada mudah ku alihkan
Walau dingin menyelimuti tubuh rampingku
Jaket tebal yang kekenakan tertembus menusuk tulang di kedalaman
Di tambah lagi dengan hujan mengguyur semakin membuatku beku
Kopiku kali ini tak sehitam kopi kemarin
Berubah warna coklat mungkin karena keadaan
Kemarin aku di hutan merebus air dengan ranting kayu ala zaman bien
Kopi bubuk bekal dari rumah ke seduh dengan kenikmatan bersensasi
Tak dingin, mungkin karena gerah menelusuri hutan bertanjak bersama ambisiÂ
Sampai akhirnya tiba pada sebuah tujuan puncak bukit yang ku daki
Nikmati saja...
Setidaknya dalam perjalanan mendaki bukit NanggiÂ
Aku tidak bertemu dengan hujan yang mengganggu perjalanan
Aku masih aman tidur tanpa sleeping bed yang terlupakan
Aku masih menikmati kopi hitam yang didihnya dari bara apiÂ
Aku masih bisa kembali ke dasar bukit dengan rasa nyaman
Aku masih manikmati kopi sore itu walau tak senikmat di perpuncakan
Kopiku... tak hitam lagi sore itu
Sembalun, kaki gunung RinjaniÂ
*
@Lina_Hafs
#Lombok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H